5 Alat Pengukur Curah Hujan dan Cara Kerjanya
Hujan merupakan fenomena alam yang biasa terjadi. Air yang turun tidak semata-mata jatuh dari langit, melainkan terdapat proses panjang di dalamnya.
Singkatnya, hujan turun adalah hasil dari penguapan air laut. Adapun proses turunnya hujan disebut dengan presipitasi. Mengutip dari National Geographic, presipitasi adalah setiap air cair atau beku yang terbentuk di atmosfer, lalu jatuh ke bumi.
Hujan cenderung bersifat tidak membahayakan. Namun, hal tersebut biasanya tergantung dengan tinggi rendahnya curah hujan serta kawasan yang dihujani.
Curah hujan merupakan ketinggian air yang terkumpul di dalam wadah penakar. Hasil pengukuran curah hujan akan sangat diperlukan untuk lembaga penelitian ataupun para petani yang sangat bergantung terhadap cuaca.
Untuk mengukurnya, pihaknya juga memerlukan alat mutakhir yang bisa mendeteksi berapa curah hujan secara akurat. Untuk mengetahuinya, simak tulisan berikut ini.
Alat Pengukur Curah Hujan
Nama alat pengukur curah hujan adalah ombrometer. Selain itu, juga bisa disebut Penakar Hujan Observatorium atau Penakar Hujan Manual.
Secara harfiah, istilah ombrometer merupakan kata dari bahasa Inggris Jermanik yang tidak diserap. Sama seperti fungsinya, kata kata ombrometer merujuk pada alat pengukur hujan.
Mengutip situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ombrometer akan menampung air hujan selama 24 jam. Setiap jam tujuh pagi, petugas akan kembali memeriksa alat tersebut.
Tak hanya itu, ternyata alat pengukur curah hujan juga beragam. Mulai dari tipe bendis hingga optikal, berikut penjelasannya.
Jenis-jenis Alat Pengukur Curah Hujan
Melansir dari situs Ilmu Geografi, berikut rangkuman mengenai jenis-jenis alat pengukur curah hujan.
1. Alat Pengukur Curah Hujan Optikal
Alat pengukur curah hujan ini terdapat sensor di dalamnya yang bekerja untuk menangkap curahan air. Sensor tersebut disebut sebagai optical sensor.