Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah, Berikut Penjelasannya
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya di Pulau Jawa. Berdiri pada tahun 1500, kesultanan ini dibangun dengan bantuan para wali.
Pendiri kerajaan Demak adalah Raden Patah dan diberi gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah. Diketahui bahwa ia memimpin sejak tahun 1500 hingga 1518.
Kala itu, kerajaan Demak menjadi pusat penyiaran Islam. Salah satu peninggalannya adalah Masjid Agung Demak yang terletak di Provinsi Jawa Tengah.
Sejarah Berdiri dan Asal-Usul Demak
Melansir dari Gramedia.com, wilayah kerajaan Demak sebelumnya merupakan daerah kekuasaan yang termasuk ke dalam Kerajaan Majapahit. Tepatnya adalah Kabupaten Demak yang sekarang masih bertahan di Pulau Jawa.
Sementara itu, Armando Cortesao melalui buku The Suma Oriental of Pires (1944) menyebutkan bahwa Kota Demak didirikan pada perempat akhir abad ke-15 oleh seorang Muslim bernama Cek Ko-po yang diduga seorang Tionghoa.
Merangkum dari rilisan berjudul Kota Demak Sebagai Bandar Dagang di Jalur Sutra (1997), kawasan Demak awalnya merupakan pemukiman bernama Bintoro. Wilayah ini sebenarnya merupakan hutan yang dibuka oleh Raden Patah, pendiri kerajaan Demak.
Bersamaan dengan itu Raden Patah menimba ilmu kepada Sunan Ampel, salah satu yang menyiarkan agama Islam saat itu. Kemudian, Raden Patah menikahi putri Sunan Ampel.
Disebutkan juga bahwa kerajaan Demak berdiri ditandai dengan adanya condro sengkolo, yaitu pernyataan angka tahun yang merupakan literatur barat dengan simbolisasi angka tahun.
Ketika menyusuri wilayah tersebut, Raden Patah menyambangi Glagah Wangi atau lembah yang wangi. Di sana, ia bertemu dengan Nyai Lembah yang menyarankan untuk menetap di Glagah Wangi.
Memilih untuk menerima saran Nyai Lembah, Raden Patah menetap di Glagah Wangi. Setelah itu, wilayah tersebut disebut Bintoro Demak. Lalu, di situlah daerah itu menjadi Ibu Kota sebagai pusat seluruh kegiatan kerajaan Demak.
Imron Abu Amar melalui buku Sejarah Ringkas Kerajaan Islam Demak (1996) menyebutkan bahwa asal usul nama Demak berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata delemak yang memiliki arti rawa. Sementara itu, Hamka menjelaskan bahwa Demak berasal dari bahasa Arab, yakni dimak yang berarti mata air.
Lebih lanjut, Sutjipto Wiryosuparto berpendapat bahwa Demak berasal dari bahasa Kawi yang memiliki arti hadiah atau pusaka.
Raja-raja Kesultanan Demak
1. Raden Patah
Pendiri kerajaan Demak adalah Raden Patah. Dia merupakan putra dari Raden Brawijaya yang merupakan pemimpin Kerajaan Majapahit yang menikahi putri dari keraton Campa.
Raden Patah menjabat sebagai raja selama 18 tahun, tepatnya pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah berperan banyak dalam membangun kerajaan Demak dari awal. Salah satu hasil pembangunannya adalah Masjid Agung Demak.
2. Pati Unus
Pati Unus merupakan putra dari Raden Patah yang naik takhta untuk menggantikan sang Ayah. Namun, ia hanya memimpin selama tiga tahun.
Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor yang menjadi penanda bahwa dirinya melawan Portugis ketika merebut Malaka. Pati Unus gugur saat pertempuran tersebut pada tahun 1521.
3. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Jawa Timur dan Tengah. Salah satu pertempuran yang dilaluinya adalah perebutan Sunda Kelapa dari Pajajaran yang merupakan wilayah Ibu Kota Kerajaan Sunda.
Sultan Trenggana bersama pasukannya tercatat berhasil menundukkan pasukan Pasundan sekitar tahun 1528-1540. Tak hanya itu, ia juga menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Majapahit, khususnya di Jawa Timur. Adapun sejumlah daerah yang berhasil diambil alih yaitu Pasuruan, Surabaya, Kediri, Tuban, Madura, Madiun, hingga Malang.
4. Sunan Prawoto
Sunan atau Sultan Prawoto merupakan raja Demak keempat yang memimpin sekitar tahun 1546-1549. Menggantikan sang Ayah, ia memiliki keinginan kuat dalam menyebarkan agama Islam.
Disinyalir bahwa peristiwa turun takhtanya seorang Sunan Prawoto salah satunya disebabkan oleh keinginannya fokus terhadap syiar Islam di Pulau Jawa. Namun, nyawanya melayang karena dibantai oleh ambisi kuat pemimpin kerajaan Demak berikutnya.
5. Arya Penangsang
Diketahui bahwa Sunan Prawoto turun dari takhtanya dan terbunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang. Tujuannya adalah merebut posisi raja.
Benar saja, Arya Penangsang naik takhta dan memindahkan pemerintahan ke Jipang. Dari pergantian inilah yang menyebabkan konflik di kerajaan Demak.
Runtuhnya Kerajaan Demak
Penyebab utama kemunduran kerajaan Demak adalah perang saudara yang terjadi antara pangeran Surowiyoto dengan Sultan Trenggana. Diketahui bahwa keduanya merupakan putra dari Raden Patah.
Menang atas Surowiyoto, Sultan Trenggana berhasil merebut posisi raja dan memimpin kerajaan Demak bertahun-tahun setelahnya. Kemudian, digantikan oleh sang Putra, yakni Sunan Prawoto.
Masalah tak kunjung selesai, Sunan Prawoto membunuh Surowiyoto di tepi sungai. Diketahui bahwa aksi tersebut dilakukannya setelah kembali dari salat Jumat.
Hal hampir serupa kembali terjadi ketika Arya Penangsang yang merupakan putra dari Surowiyoto yang bertekad ingin membalaskan dendam ayahnya. Melalui orang kepercayaannya, Arya Penangsang menghabisi Sunan Prawoto dan memindah pusat pemerintahan setelahnya.
Diketahui bahwa konflik ini merupakan penyebab utama dari gagalnya pemerintahan kerajaan Demak pasca pengaruh Raden Patah. Raja-raja setelahnya lebih berfokus kepada konflik dibanding menampung aspirasi masyarakat.