Asal Mula Kopi Malabar yang Berkualitas dengan Cita Rasa Khas

Image title
9 Agustus 2021, 11:42
Kopi, Seputar Kopi, kopi Malabar, JelajahJalanRayaPos
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang pekerja menuangkan biji kopi di warung kopi Malabar Mountain Coffee, Bogor, (13/11/2019).

Kopi merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang mempunyai peran signifikan dalam perekonomian  Indonesia. Ekspor kopi menjadi penghasil devisa Tanah Air yang cukup tinggi selain minyak dan gas.

Saat ini, lebih dari 90% kopi Indonesia dibudidayakan petani pada lahan pertanian dengan luas rata-rata satu hektar. Beberapa produksi kopi tersebut merupakan kopi organik yang dikelola koperasi petani dan eksportir bersertifikat internasional.

Salah satu penghasil kopi terbesar berada di pulau Jawa dengan varietas Kopi Arabika. Jenis kopi tersebut paling cocok untuk ketinggian di atas 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Adapun daerah penghasil kopi yang paling terkenal berada di Pangalengan, Jawa Barat, tepatnya di pegunungan Malabar.

Puncak Malabar memiliki ketinggian 2.343 mdpl. Kondisi geografis dataran tinggi tersebut memiliki kesuburan tanah dan cuaca yang baik, sehingga sangat cocok untuk perkebunan. Kopi yang tumbuh di puncak tersebut mendapat julukan Kopi Malabar.

Sejarah Kopi Malabar

Kopi pertama kali ditemukan sekitar 3.000 tahun lalu di benua Afrika. Kemudian pada tahun 1699, ketika Indonesia masih di bawah jajahan Belanda, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) mendatangkan tanaman Kopi Arabika untuk melawan monopoli kopi dunia oleh bangsa Arab dunia.

Awalnya, Pemerintah Belanda tertarik untuk menanam kopi dan menurut beberapa sumber, mereka berhasil mencuri tanaman kopi pada tahun 1616 dari Mocha, yakni kota pelabuhan yang ramai dijadikan pusat perdagangan kopi di Yaman.

Bibit kopi kemudian dikirim ke Indonesia pada 1696 oleh Walikota Amsterdam Nicolas Witsen dan diterima oleh Adrian Van Ommen di Malabar yang kemudian dibawa ke Indonesia tepatnya di Batavia pada 1696.

Sayangnya, bibit tersebut gagal tumbuh karena banjir. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Belanda meminta pasukannya untuk menanam ulang kopi tersebut di daerah Priangan, Jawa Barat.

Pada 1706, sampel kopi dikirim ke Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya, kopi tersebut memiliki kualitas yang sangat baik. Kopi mulai menjadi komoditas utama VOC. Budidaya kopi terus berkembang pesat dan memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Belanda.

Dari Malabar Menjadi Kopi Java Preanger

Ekspor kopi pertama kali dilakukan pada 1711 oleh VOC, kemudian selama 10 tahun ke depan, ekspor kopi meningkat menjadi 60 ton per tahun. Oleh sebab itu, Belanda membuat perkebunan kopi pertama di luar Arabia dan Ethiopia yang mengakibatkan monopoli VOC dalam perdagangan kopi dunia dari 1725 hingga 1780.

Untuk mendukung produksi kopi, VOC mengeluarkan perjanjian yang disebut koffiestelsel (sistem kopi) dimana masyarakat Priangan wajib menanam kopi. Hasil produksi kopi dari Priangan dinamakan Java Preanger. Nama tersebut berasal dari penyebutan Preanger yang digunakan Belanda untuk menyebut daerah Priangan di kawasan Pegunungan Malabar, Jawa Barat.

Kualitas Kopi Java Preanger melebihi kualitas kopi dari Yaman dan hanya dalam beberapa kali ekspor ke benua Eropa, semua orang mengenal kualitas Kopi Java Preanger, sehingga kopi ini dijuluki sebagai “A cup of Java” atau secangkir kopi dari Jawa.

Karakteristik Kopi Malabar

Kopi Malabar memiliki perpaduan rasa yang unik. Karakteristik rasanya begitu kental dan dominan dengan rasa cokelat yang gelap. Kopi Malabar merupakan jenis Kopi Arabika yang memiliki keasaman sedang.

Tingkat keasaman pada kopi disebabkan daerah tempat kopi ditanam. Tanaman kopi yang tumbuh di daerah dataran tinggi mampu menghasilkan kopi dengan tingkat keasaman yang lebih tinggi. Begitu juga Kopi Malabar yang tumbuh di pegunungan yang subur dan kaya mineral dari gunung berapi.

Pemeliharaan tanaman kopi ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran sehingga mampu menghasilkan biji kopi berkualitas yang dapat diproses hingga siap diseduh. Kopi Malabar juga mengandung sedikit rasa rempah dan manis.

Kopi Malabar memiliki aroma dan cita rasa rasa yang cenderung ringan dan menyegarkan setelah diminum. Tidak ada rasa pahit setelah meminumnya sehingga disukai banyak orang. Selain itu, Kopi Malabar mudah didapatkan dan aman untuk dikonsumsi.

Harga Biji Kopi Malabar

Biji Kopi Malabar kini banyak dijual dengan berbagai pilihan harga dan rasa. Adapun varian harga biji Kopi Malabar dapat disimak di bawah ini.

  • Murrell Coffee Java Preanger

Murrell Coffee menyediakan pilihan biji kopi medium roast, medium dark, dan dark roast yang dapat dipilih sesuai selera Anda. Hasil penggilingannya juga beragam mulai dari kasar, sedang, halus, halus-sedang, sangat halus, atau biji utuh. Harga Java Preanger dari Murrell Coffee adalah Rp 55.000 per 150 gram.

  • Tanamera Coffee North Malabar Anaerobic Natural

Kopi Malabar produksi Tanamera Coffee ini memiliki harga Rp 77.400 untuk berat 100 gram dan hadir dalam tiga pilihan yaitu whole bean, coarse grind, and fine grind.

  • Fry and Roast Malabar Natural

Fry and Roast menyediakan pilihan biji Kopi Malabar yang dihargai Rp 60.000 untuk 200 gram. Anda dapat memilih biji kopi dalam bentuk bubuk sedang, halus, kasar, atau biji utuh.

  • Kieta Coffee Malabar Black Honey

Kieta Coffee menawarkan biji Kopi Malabar dengan pilihan penggilingan halus, sedang, kasar, dan biji utuh seharga Rp 60.000 per 200 gram.

Itulah asal mula Kopi Malabar yang bermula dari Jawa Barat hingga terkenal secara internasional dan memiliki cita rasa yang khas.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...