Kemampuan Militer Disinggung, Korea Utara Mengutuk Korea Selatan

Intan Nirmala Sari
3 April 2022, 11:42
Korea Utara, Korea Selatan, perang, politik, diplomasi
ANTARA FOTO/REUTERS/KCNA /HP/dj
REUTERS . . . NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN SOUTH KOREA. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjalan menjauhi apa yang media sebut sebagai "model baru" rudal balistik antar benua (ICBM) dalam foto tanpa tanggal yang dirilis Kamis (24/3/2022) oleh Kantor Berita Sentral Korea (KCNA).

Ketegangan politik antara Korea Utara dan Korea Selatan kembali memanas. Hal itu menyusul pernyataan Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang mengutuk pernyataan Korea Selatan tentang kemampuan mereka menyerang Korea Utara, menurut kantor berita negara KCNA,  Minggu (3/4).

"Komentar itu (Korea Selatan) telah memperburuk hubungan antar-Korea dan ketegangan militer di semenanjung Korea," kata Kim Yo Jong, dilansir dari Channel News Asia. 

Kim yang juga wakil direktur departemen Komite Sentral Partai Buruh Korea itu mengatakan, negaranya akan mempertimbangkan kembali banyak hal. Tak sampai di sana, dia juga menyatakan kalau Korea Selatan kemungkinan akan menghadapi ancaman serius karena pernyataan semacam itu.

Menteri Pertahanan Korea Selatan, Suh Wook pada Jumat (1/4) mengatakan, militer negaranya memiliki berbagai rudal dengan jarak tembak, akurasi dan kekuatan yang ditingkatkan secara signifikan, dengan "kemampuan untuk secara akurat dan cepat mengenai target apa pun di Korea Utara."

Suh juga mengatakan kalau kementerian Korea Selatan akan secara aktif mendukung militer, untuk memastikan mereka memiliki kemampuan untuk merespons ancaman rudal Korea Utara. Dia menyebut utara sebagai "musuh".

Dalam pernyataan terpisah pada Minggu (3/4), sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea, Pak Jong Chon mengatakan kalau Korea Utara akan mengarahkan kekuatan militernya untuk menghancurkan target utama di Seoul dan tentara Korea Selatan. Hal itu memungkinkan jika tentara Korea terlibat dalam aksi militer berbahaya, seperti serangan pendahuluan.

Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, setelah Korea Utara menguji dua rudal balistik pada 26 Februari dan 4 Maret. Uji rudal tersebut melibatkan sistem rudal balistik antarbenua atau ICBM yang sedang dikembangkan, sekaligus tes ICBM penuh – yang pertama sejak 2017 – pada pekan lalu.

Usai melakukan tes, Amerika Serikat kemudian menjatuhkan sanksi pada lima entitas yang dituduh memberikan dukungan pada Korea Utara. Khususnya terkait pengembangan senjata pemusnah massal dan program rudal balistik Korea Utara.

Ketegangan berpotensi meningkat lebih lanjut karena Presiden terpilih Korea Selatan, Yoon Suk-yeol akan mulai menjabat bulan depan. Sebelumnya, Yoon sempat mengatakan kalau serangan pendahuluan kemungkinan menjadi satu-satunya cara melawan rudal hipersonik baru Korea Utara, jika mereka tampak siap untuk waktu dekat. 

Yoon juga telah menyerukan untuk meningkatkan pencegahan militer, termasuk dengan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat. Tak hanya itu, dia juga berjanji untuk berusaha membangun saluran dialog tiga arah permanen antara Korea Selatan, Korea Utara dan Amerika Serikat.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...