Milenial Diminta Lahirkan Rekomendasi Kebijakan Konkret di KTT Y20
Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Y20 diharapkan mampu melahirkan rekomendasi kebijakan konkret dari kalangan generasi muda. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf juga menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan generasi muda, dalam mendukung pariwisata Tanah Air. Hal tersebut didukung kondisi penduduk Indonesia, di mana 55 % berasal dari kalangan milenial dan Gen Z.
Sebagaimana diketahui, Kemenparekraf memimpin kelompok kerja G20 Tourism Working Group (TWG). Dari banyaknya rangkaian kegiatan G20, terdapat juga KTT yang dilangsungkan generasi muda dari 20 negara anggota atau dikenal dengan Youth 20 (Y20).
Diskusi high-level panel Y20 berlangsung di Manokwari, Papua Barat pada Sabtu (18/6), membahas peluang reformasi kebijakan untuk mewujudkan keberagaman dan inklusi. Menghadirkan para narasumber high-level panel yang terdiri dari pembuat kebijakan serta praktisi, kegiatan tersebut turut mendorong keterlibatan anak muda di Presidensi G20 Indonesia.
Apalagi, para delegasi Y20 nantinya akan menghasilkan Communique atau rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada para pemimpin G20. Communique tersebut akan menyentuh topik keberagaman dan inklusi yang menjadi isu prioritas di Pra-KTT keempat Y20.
“Jika kita ingin relevan di TWG, kita perlu terlibat dengan para pemikir muda yang sangat progresif, kreatif, inovatif, untuk memberikan masukan dan ide. Kita perlu beradaptasi, berinovasi, berkolaborasi agar bisa recover together, recover stronger, dan tentunya, recover better,” kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam keterangan resmi, Minggu (19/6).
G20 Indonesia Co-Sherpa, Dian Triansyah Djani mengatakan pemerintah berharap Presidensi G20 dapat mewujudkan hasil konkret, termasuk memastikan pemulihan dari pandemi yang inklusif dalam bentuk proyek dan inisiatif. Selain itu, anak muda diminta untuk memainkan peran penting sebagai katalisator aksi bagi pemimpin G20.
"Kalian dapat menyuarakan ide hingga menginisiasi program dan kolaborasi,” ujar Dian yang juga menjabat sebagai Staf Khusus Program Prioritas Kemenlu.
Adapun white paper Y20 akan membahas empat isu prioritas, di antaranya keberagaman dan inklusi. "Pertanyaannya adalah bagaimana menerjemahkannya ke program dan proyek yang konkret,” katanya.
Sementara itu, Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani memberikan pandangannya terkait bagaimana delegasi muda dapat memastikan rekomendasi kebijakan tidak hanya actionable, tetapi juga didasarkan prinsip HAM.
Menurutnya, anak muda perlu memiliki pemahaman terkait kesatuan, keadilan, serta prinsip perlindungan HAM. Jaleswari juga meminta anak muda untuk memberikan kritik konstruktif, serta secara konsisten menyuarakan perlindungan HAM.
“Saya mendorong anak muda percaya diri dalam menyampaikan rekomendasi mereka, maupun kritik yang didukung oleh analisis mendalam. Kritik yang membagun tidak hanya bagian dari proses demokrasi, tetapi juga mengingatkan pemerintah agar terus menjalankan upayanya dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa,” ujar Jaleswari.
Di sisi lain, Pendiri Wahid Institute, Yenny Wahid mengapresiasi kreativitas anak muda serta kepeduliannya terhadap masyarakat. Dia menilai, anak muda saat ini kreatif memanfaatkan sumber daya yang ada seperti media sosial atau platform lainnya.
“Saya mengapresiasi Y20 karena telah memberikan anak muda sebuah ruang untuk mengutarakan pendapat. Mereka adalah motor pembangunan tidak hanya untuk di kemudian hari, tetapi juga yang sekarang,” ujar Yenny.
Sebagaimana diketahui, puluhan delegasi muda dalam negeri maupun luar negeri hadir di Pra-KTT Keempat Y20. Ini juga menjadi pertama kalinya Y20 mengangkat isu keberagaman dan inklusi sebagai standalone policy track. Adapun Pra-KTT Keempat Y20 terbagi menjadi dua sub-tema pendidikan inklusif dan ekonomi kreatif.