Harga CPO September 2022 Merosot karena Dibayangi Ancaman Resesi

Nadya Zahira
17 Oktober 2022, 19:45
Seorang petani berdiri di perkebunan kelapa sawit miliknya di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dira
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Seorang petani berdiri di perkebunan kelapa sawit miliknya di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8). Petani belum menikmati efek positif dari pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah yang sudah dirasakan para pelaku industri kelapa sawit sejak 15 Juli 2022. Harga tandan buah segar atau TBS petani masih di bawah Rp 1.500 per kilogram dan ada pula pabrik yang belum mau menampung hasil panen mereka dengan alasan tangki minyak sawit mentah atau CPO penuh.

Badan Pusat Statistik mencatat penurunan beberapa harga komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan bijih besi per September 2022 dibandingkan tahun lalu. Penurunan tersebut dinilai pengamat memiliki kaitan erat dengan ancaman resesi global.

Menurut data BPS, harga CPO mengalami penurunan 23,03 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Dengan begitu, harga CPO per September 2022 berada di level US$ 909 per metrik ton, lebih rendah dari level sebelumnya US$ 1.181 per metrik ton.

Sedangkan harga bijih besi per September 2022 turun 19,85 % yoy, ke level US$ 99,8/dmtu. Di mana, untuk periode yang sama tahun lalu harga bijih besi masih di level US$ 124,5/dmtu. 

Akibat beberapa faktor tersebut, surplus neraca dagang September 2022 menyusut menjadi US$ 4,99 miliar, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yakni US$ 5,7 miliar. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan tren penurunan surplus perdagangan terjadi akibat moderasi pada harga komoditas ekspor utama, terutama harga CPO di pasar internasional.

"CPO (harga) sangat terkait dengan ancaman resesi global yang menurunkan permintaan bahan baku, terutama untuk industri pengolahan," kata Bhima dalam pesan singkatnya kepada Katadata.co.id, Senin (17/10).

Sementara itu, BPS masih mencatatkan peningkatan harga batu bara per September 2022 sebanyak 120,11 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu ke level US$ 321,5 metrik ton. Level tersebut juga meningkat 1,01 % dibandingkan Agustus 2022. 

"Terkait batu bara meski krisis energi tengah berlangsung di zona Eropa, namun ancaman resesi membuat proyeksi kebutuhan batubara di tahun depan bisa menurun," ujar Bhima.

Bahkan, dia memprediksi price reversal atau pembalikan harga komoditas berpotensi menekan surplus perdagangan pada Oktober 2022. Di samping itu, penurunan aktivitas kargo di tingkat internasional turut menjadi sinyal ekonomi melambat.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...