Permintaan Refund Melalui Traveloka Meningkat Seiring Lonjakan Corona
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat berlangsung sejak 3 Juli lalu hingga 20 Juli nanti. Belum genap sepekan aturan diterapkan, Traveloka sudah mencatatkan peningkatan permintaan pengembalian dana (refund) dan perubahan jadwal (reschedule) untuk layanan perjalanannya.
Head of Corporate Communications Traveloka Reza Juniarshah mengatakan, peningkatan permintaan refund dan reschedule sudah terjadi sejak PPKM darurat mikro belum digelar. Startup penyedia jasa pariwisata berbasis digital atau online travel agent (OTA) itu menyatakan kenaikan terjadi sejak Juni saat kasus Covid-19 melonjak.
"Kami melihat adanya penurunan jumlah pemesanan layanan perjalanan, disertai peningkatan refund maupun reschedule, khususnya tiket pesawat," kata Reza kepada Katadata.co.id, Senin (5/7).
Sayangnya, Reza tidak merinci jumlah permintaan refund dan reschedule lebih lanjut. Namun, menurutnya jumlah penurunan permintaan tidak terlalu signifikan. Hal itu karena pengguna Traveloka sudah mendapatkan imbauan agar tidak bepergian sebelum PPKM darurat Jawa-Bali diterapkan.
Berkaca dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahun lalu, Traveloka sempat mencatatkan permintaan refund dan reschedule yang cukup tinggi. Khususnya untuk layanan tiket pesawat dan hotel, permintaan refund dan reschedule naik 10 kali lipat akibat pelanggan menunda perjalannya di Maret tahun lalu.
Unicorn Tanah Air itu juga mencatat, ada ribuan permintaan bantuan masuk (call center) setiap menit. Permintaan itu masuk dari telepon, pesan elektronik (e-mail), aplikasi, media sosial, dan kanal lain. Bahkan, awal pandemi tahun lalu perusahaan menyiapkan skema refund dan reschedule yang memudahkan penggunanya.
"Kami telah menyiapkan tim customer care yang senantiasa membantu melayani kebutuhan dan menjawab pertanyaan pengguna," ujarnya.
Reza juga menambahkan, pengguna bisa memantau kebutuhan syarat perjalanan melalui halaman khusus, Safe Travel di platform Traveloka.
