Riset Kaspersky: Bosan, 55% Anak di Asia Pasifik Ingin Belajar Offline

Fahmi Ahmad Burhan
3 Agustus 2021, 17:39
Sejumlah murid mengerjakan soal Penilaian Akhir Tahun (PAT) saat menjalani uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Kebayoran Lama Selatan 17 Pagi, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Dinas riset Pendidikan DKI Jakarta menggelar uji coba pembelajaran t
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Sejumlah murid mengerjakan soal Penilaian Akhir Tahun (PAT) saat menjalani uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Kebayoran Lama Selatan 17 Pagi, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Dinas Pendidikan DKI Jakarta menggelar uji coba pembelajaran tatap muka tahap 2 yang diikuti 226 sekolah.

Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky mengungkapkan lebih dari separuh anak-anak di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia lebih memilih pendidikan tatap muka (offline) saat pandemi Covid-19. Masalah teknis dan rasa bosan di depan layar gawai membuat anak-anak cenderung memilih belajar offline.

Sepanjang pandemi, banyak anak yang terpaksa menjalankan pembelajaran secara online. Berdasarkan survei Kaspersky terhadap 517 orang tua dan guru, serta 64 anak yang sedang mengikuti pembelajaran online di Asia Pasifik, 55% menginginkan pendidikan offline.

Meski persentase ketertarikan terhadap pembelajaran offline di Asia Pasifik tinggi, beberapa wilayah justru mencatatkan tingkat yang lebih tinggi. Amerika Latin misalnya, memiliki preferensi paling tinggi terhadap pendidikan offline hingga 75%, disusul Afrika 73% dan Timur Tengah 58%.

Menurut riset Kaspersky, mayoritas atau 74% anak-anak di Asia Pasifik tidak menyukai belajar online karena bosan harus menghabiskan banyak waktu di depan layar. Masalah lainnya, anak kerap mendapatkan masalah teknis atau sekitar 60%. Masalah teknis juga menjadi faktor kekecewaan anak dalam menjalani pembelajaran online.

Kemudian, sebanyak 57% anak lebih sulit memahami materi pendidikan saat pembelajaran online dibandingkan saat offline. Lalu, lebih dari setengah responden mengaku merindukan aktivitas bermain dan mengobrol dengan teman-teman di sela-sela kelas.

Riset Kaspersky juga menunjukan bahwa mata pelajaran yang paling sulit dipahami oleh anak-anak di kawasan Asia Pasifik selama pembelajaran online adalah eksakta dan ilmu alam. Untuk mata pelajaran matematika misalnya, sekitar 48% anak kesulitan memahami pelajaran tersebut, disusul kimia 28%, fisika 25% dan biologi 25%.

"Transisi menuju pembelajaran jarak jauh selama pandemi telah menjadi tantangan nyata bagi anak-anak," kata Head of Online Child Safety Department di Kaspersky Andrey Sidenko dalam siaran pers, Selasa (3/8).

Menurut Andrey, meski pembelajaran offline masih dianggap sebagai cara paling efektif saat ini, namun penting untuk memperkenalkan berbagai elemen digital dan interaktif ke dalam proses pembelajaran.

"Kurikulum pendidikan juga perlu segera direstrukturisasi agar tidak memengaruhi pembelajaran siswa. Namun sayangnya, karena berbagai keadaan, ini nampaknya belum memungkinkan," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...