Langkah Jahja Setiaatmadja Membawa Saham BCA Lebih Merakyat

Intan Nirmala Sari
10 September 2021, 08:00
BCA, Bank Central Asia, Saham BBCA, Jahja Setiaatmadja, perbankan, aksi korporasi
Arief Kamaludin|Katadata

Tahun ini PT Bank Central Asia Tbk alias BCA berencana memecah harga saham yang beredar alias stock split. Tujuannya agar harga saham lebih merakyat dan bisa dimiliki investor ritel, khususnya milenial.

Aksi korporasi pecah saham ini rencananya menggunakan rasio 1:5. Artinya, investor memungkinkan membeli saham kode emiten BBCA di kisaran Rp 6.000 per lembar saham. Angka tersebut jauh lebih murah dibandingkan harga saham sekarang di kisaran Rp 32.200 per lembar. Dengan begitu, investor bisa membeli saham BBCA hanya dengan Rp 600.000 per lot (100 lembar saham) dari harga saat ini Rp 3,22 juta per lot.

Advertisement

“Melalui aksi korporasi stock split ini, kami berharap harga saham BBCA akan lebih terjangkau bagi para investor ritel, utamanya bagi investor muda yang saat ini aktif meramaikan bursa," kata Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja dalam keterangan resminya pada akhir Juli lalu.

Proses stock split akan mengikuti ketentuan berlaku dan membutuhkan persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Itu rencananya akan diselenggarakan pada 23 September 2021.

Setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham, direksi BCA akan berkoordinasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memproses stock split, dan diperkirakan berlangsung Oktober tahun ini.

Nilai nominal per unit saham BBCA saat ini adalah Rp62,50, sedangkan nilai nominal per unit saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp12,5. Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham.

Kinerja Positif BBCA

Bank BCA membukukan laba bersih Rp 14,5 triliun sepanjang semester pertama 2021. Keuntungan bank milik Grup Djarum tersebut melonjak 18,1 % dibanding periode sama tahun lalu Rp 12,28 triliun.

Jahja mengatakan, kenaikan signifikan laba bersih pada enam bulan pertama 2021 karena basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada semester satu 2020. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit atau cost of credit saat awal pandemi Covid-19 pada triwulan kedua tahun lalu.

Biaya cadangan pada semester pertama  2020 tercatat 32,4%, lebih besar dibandingkan periode sama tahun ini. Emiten berkode BBCA ini membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8% dari sekitar Rp 27,26 triliun menjadi Rp 28,3 triliun pada semester satu 2021. Di sisi lain, pendapatan non-bunga turun 1,2% dari sekitar Rp 10,32 triliun menjadi Rp 10,2 triliun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement