Zona Hijau Kinerja Adaro di Tangan Boy Thohir

Amelia Yesidora
17 Desember 2021, 08:10
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir (kanan), Komisaris Independen Mohammad Effendi (kiri), Wakil Presiden Direktur C Ariano Rachmat (kedua kanan) dan Direktur Julius Aslan (kedua kiri) berbincang seusai melaksanakan Rapat Umum P
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir (kanan), Komisaris Independen Mohammad Effendi (kiri), Wakil Presiden Direktur C Ariano Rachmat (kedua kanan) dan Direktur Julius Aslan (kedua kiri) berbincang seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Adaro Energy Tbk di Jakarta, Senin (26/4/2021).

Tingginya harga batu bara acuan alias HBA pada November lalu meningkatkan cuan perusahaan emas hitam hingga kuartal ketiga 2021. Salah satunya yaitu perusahaan pertambangan PT Adaro Energy Tbk.

Perusahaan milik Garibaldi Tohir -kerap disapa Boy Thohir- itu berhasil meningkatkan laba perusahaan naik 280 % lebih menjadi US$ 465,2 juta, setara Rp 6,6 triliun, hingga September 2021. Di periode yang sama tahun lalu, ADRO hanya memperoleh laba US$ 120,6 juta atau Rp 1,731 triliun.

Advertisement

Laba ciamik Adaro diperoleh dari pertumbuhan pendapatan yang meningkat 31,5 % per September 2021. Pada September tahun lalu, perusahaan dengan kode saham ADRO ini membukukan pendapatan US$ 1,9 miliar, dan naik menjadi US$ 2,6 miliar atau setara Rp 37,18 triliun tahun ini.

Kinerja Keuangan PT Adaro Energy Tbk (dalam US$ juta)

Keterangan9M20219M2020YoY (%)
Pendapatan bersih $    2,569.00 $  1,954.0031.47%
Beban pokok pendapatan $  (1,598.00) $(1,492.00)7.10%
Laba periode berjalan $       465.30 $     120.70285.50%
Total Aset $    7,118.00 $  6,471.0010.00%
Total Liabilitas $    2,794.00 $  2,582.008.21%

Adaro, dari Perusahaan Spanyol Jadi Milik Boy Thohir

Lahirnya Adaro tidak lepas dari peristiwa pergolakan harga minyak dunia pada tahun 1970-an. Gejolak tersebut, kemudian direspons pemerintah Indonesia dengan merevisi kebijakan energi dan menyertakan batu bara sebagai sumber bahan bakar dalam negeri.

Kementerian Pertambangan kemudian membuka tender untuk delapan blok batu bara di Kalimantan Timur dan Selatan pada 1976. Tawaran atas tender ini datang hanya dari satu pihak, yaitu perusahaan pemerintah Spanyol yang bernama Enadimsa.

Perusahaan lain tidak memasukkan penawaran untuk kedelapan blok tersebut. Itu lantaran, lokasi pengeboran dianggap terlalu jauh di pedalaman dan memiliki kualitas batu bara yang rendah pada masanya.

BUMN Spanyol itu kemudian menandatangani kerja sama dengan pemerintah Indonesia pada 2 November 1982 dan lahirlah PT Adaro. Nama Adaro sendiri berasal dari keluarga Adaro yang mempunyai peran besar dalam perkembangan kegiatan penambangan di Spanyol selama beberapa abad. 

Selanjutnya, Enadimsa lewat Adaro Indonesia melakukan eksplorasi dari 1983 sampai 1989, sampai konsorsium perusahaan Australia dan Indonesia membeli 80 % kepemilikan Adaro Indonesia dari Enadimsa.

Pada 2005, Boy Thohir membentuk konsorsium bersama pengusaha-pengusaha lain seperti Theodore Permadi Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto. Konsorsium tersebut kemudian membeli saham Adaro Energy dari New Hope, perusahaan asal Australia. Bahkan, pada 2013, Boy memborong 2 juta lembar saham ADRO di harga Rp 950 per lembarnya. 

Berdasarkan RTI Business, hingga akhir November 2021, Boy menguasai langsung 6,18 % saham ADRO. Sedangkan 43,9 % atau 14,04 miliar saham ADRO dimiliki sekaligus dikendalikan PT Adaro Strategic Investment. Di perusahaan ini, Boy juga menjadi pemegang saham terbesar. 

Boy merupakan anak dari pemilik Astra Group, Muhammad Teddy Thohir, juga kakak dari Menteri BUMN, Erick Thohir. Pada 8 Desember 2020, Forbes mencatat nama Boy sebagai orang terkaya nomor 15 di Indonesia dengan harta US$ 1,65 miliar atau setara Rp 23,6 triliun. Kini, Adaro adalah perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia, setelah PT Kaltim Prima Coal.

Boy Thohir lahir pada 1 Mei 1965. Dia lulus dari Business Administration University of Southern California, AS pada 1988. Setahun kemudian, Boy memperoleh gelar MBA dari Northrop University, California, AS.

Kariernya mulai melejit ketika dia mendirikan PT WOM (Wahana Ottomitra Multiartha) Finance pada 1997. Dalam wawancara dengan Forbes Asia, Boy mengatakan WOM Finance merupakan salah satu investasi terbaiknya sebelum menaruh modal di Adaro Energy.

Tambang Batu Bara
Tambang Batu Bara (Donang Wahyu|KATADATA)

Jatuh Bangun Adaro Jualan Batu Bara

Produksi batu bara pertama Adaro dimulai dari tambang Paringin, yang memiliki nilai panas lebih tinggi dibandingkan tambang Tutupan. Selain itu, tambang Paringin memiliki lapisan penutup yang mengandung batu lumpur dan batuan keras yang cocok dalam konstruksi jalan. 

Menjadi salah satu pionir perusahaan tambang batu bara, jalan Adaro tak selalu mulus. Untuk memulai pengembangan deposit batu bara, Adaro perlu mengumpulkan dana US$ 28 juta pada Mei 1990. Sejumlah bank pun didekati. Apa dikata, nyaris semua lemaga keuangan ini menolak memberikan pembiayaan. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement