Low Tuck Kwong, Perantau Singapura Jadi Juragan Batu Bara Indonesia

Amelia Yesidora
14 April 2022, 16:02
low tuck kwong, batu bara, bayan resources, inspire me, profil tokoh
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Pekerja melintas di dekat kapal tongkang pengangkut batu bara di kawasan Dermaga Batu bara Kertapati milik PT Bukit Asam Tbk di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/1/2022). Pemerintah mewajibkan perusahaan swasta, BUMN beserta anak perusahaan pertambangan untuk mengutamakan kebutuhan batu bara dalam negeri dan melarang perusahaan untuk melakukan ekspor batu bara selama satu bulan sejak 1 Januari hingga 31 Januari 2022. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

Imbas perang Ukraina dan Rusia membuat harga batu bara dunia sempat melambung di atas US$ 400 per ton. Kondisi tersebut tentunya akan mendorong cuan bagi segelintir pemain batu bara di Tanah Air, salah satunya Low Tuck Kwong.

Adapun neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2022 berhasil membukukan surplus US$ 3,83 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya. Di mana salah satu penopang kenaikan berasal dari pertumbuhan ekspor. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik alias BPS, nilai ekspor Indonesia menurut sektor pada Februari 2022 naik 6,73 % menjadi US$ 20,46 miliar. Kenaikan terbesar dibukukan produk pertambangan dan lainnya yang tumbuh 65,8 %, karena meningkatnya ekspor batu bara. 

Sementara itu, konflik Rusia Ukraina yang masih berlangsung, turut menimbulkan kekhawatiran global akan pasokan energi, sebab Rusia merupakan salah satu produsen batu bara dunia. Kabar teranyar, negara anggota Uni Eropa sepakat untuk menghentikan impor batu bara dari Rusia, mulai pertengahan Agustus 2022. Namun, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov permintaan batu bara saat ini masih cukup tinggi. 

Salah satu pemain batu bara yang sudah lama malang melintang di Indonesia adalah Bayan Resources. Low Tuck Kwong sebagai pemilik perusahaan ini terkena durian runtuh sejak berhasil menjalankan tambang batu bara di Kalimantan Timur dan Selatan sejak 1988.

Hingga 2021, Forbes mencatat nama pengusaha batu bara ini sebagai orang terkaya nomor 18 di Indonesia. Melansir laman Forbes, Low Tuck Kwong memiliki kekayaan sebanyak US$ 3,6 miliar atau setara Rp 50,4 triliun (kurs Rp 14.000) per 17 Maret 2022.

Low Tuck Kwong Forbes
Low Tuck Kwong Forbes (Forbes)

Merantau dari Singapura

Sebelum dikenal sebagai pengusaha batu bara, di umur 20 tahun Low Tuck Kwong terlebih dahulu menimba ilmu bisnis di perusahaan konstruksi milik ayahnya, David Low Yi Ngo. Kwong sendiri adalah warga negara Singapura yang lahir pada 17 April 1948.

Setelah empat tahun merasa cukup dengan ilmu yang diperoleh dari perusahaan ayahnya, tepat pada 1972 Low Tuck mencoba peruntungan di bidang bisnis yang sama namun di negara tetangganya, yaitu Indonesia. Kala itu angin investasi asing sedang berhembus kencang di Indonesia, ketika presiden pertama Indonesia, Soekarno lengser.

Melansir informasi dari laman resmi Bayan Group, perusahaan pertama milik Low Tuck Kwong ini bernama PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI). Perusahaan itu berdiri pada 1973 dan bergerak di bidang kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan umum, dan struktur kelautan. Meski sudah memiliki bekal pengalaman di bisnis konstruksi tidak serta-merta mempermulus kesuksesan JSI. Untuk itu, Low Tuck mulai mencoba memperluas bisnisnya dengan mendapatkan kontrak batu bara pada 1988.

Setelah tinggal di Indonesia selama 20 tahun, Low Tuck Kwong akhirnya mengubah kewarganegaraannya dan resmi menjadi Warga Negara Indonesia alias WNI pada 1992. Lima tahun berikutnya, pada November 1997, keputusan perluasan bisnis yang diambil Low Tuck Kwong berbuah manis.

Dia berhasil membeli tambang batu bara pertamanya, PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP), yang menjadi cikal bakal Bayan Resources. Setahun berselang, Low Tuck Kwong mengoperasikan terminal batu bara di Balikpapan, Kalimantan Timur melalui PT Dermaga Perkasapratama.

PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) (PT Bayan Resources Tbk (BYAN))

Kini, Bayan Resources sudah memiliki lima kontrak batu bara (Coal Contract  of Work/CCOW) dan 16 Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 126 ribu hektar di Kalimantan Timur dan Selatan. Dalam laman resmi perusahaan disebutkan bahwa konsesi tersebut dibagi menjadi empat proyek pertambangan aktif.

Hingga kuartal ketiga 2021, Bayan Resources sudah memproduksi 27,3 juta metrik ton. Batu bara tersebut, kemudian dijual ke beberapa negara di Asia, namun pembeli terbesar adalah Filipina yang membeli 28 % dari keseluruhan batu bara Bayan. Di posisi kedua, China membeli 17 % batu bara Bayan, Korea sebesar 14 %, di pasar domestik 11 %, India dan Malaysia 10 %, serta sisanya 10 % ke negara lain. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...