Menuju Bank Digital, Bank MNC Berencana Tambah Modal Rp 1 Triliun
PT Bank MNC Internasional Tbk berniat menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau HMETD serta penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias PMTHMETD. Dari kedua aksi korporasi ini, bank berkode emiten BABP tersebut berpotensi mengantongi dana segar Rp 1 triliun.
Dikutip dari keterbukaan informasi Rabu (5/5) di laman Bursa Efek Indonesia, Bank MNC Internasional berencana menambah modal pasca-mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Acara tersebut akan diselenggarakan pada 9 Juni 2021 di iNews Tower, Kebon Sirih-Jakarta Pusat.
Rencananya, BABP bakal menambah modal dengan HMETD sebanyak-banyaknya 14.234.614.925 lembar Saham Seri B, dengan nominal Rp 50 per saham. Jumlah tersebut setara dengan 33,33 % dari modal disetor.
Merujuk pada ketentuan Pasal 8 ayat (3) POJK 32/2015, jangka waktu antara tanggal persetujuan RUPSLB sampai dengan efektifnya pernyataan pendaftaran oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Nantinya, seluruh dana yang diperoleh dari penambahan modal dengan HMETD digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan modal kerja Bank MNC Internasiona. Selain itu, modal juga rencananya untuk ekspansi kredit, hingga mendukung transformasi BABP menjadi bank digital.
“Termasuk pengembangan aplikasi perbankan digital Motion dengan pengintegrasian aplikasi dengan kartu kredit BABP dan SPIN yang merupakan platform pembayaran digital dari MNC Group,” jelas keterangan tersebut.
Untuk rencana PMTHMETD, Bank MNC Internasional bermaksud menerbitkan 2.533.329.631 saham seri B dengan nominal Rp 50 per saham atau sebanyak-banyaknya sejumlah 10% dari seluruh saham yang telah disetor penuh.
Melalui aksi PMTHMETD kali ini, manajemen berharap dapat meningkatkan struktur permodalan perusahaan tersebut. Selain itu, jumlah saham yang beredar juga semakin bertambah dan sekaligus meningkatkan likuiditas perdagangan saham BABP ke depan.
Aksi korporasi tersebut juga memberikan kesempatan bagi Bank MNC Internasional untuk mengundang investor-investor strategis yang berminat menginvestasikan modalnya. Upaya perusahaan kali ini dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja BABP. Sehingga, struktur permodalan lebih kuat ini dapat menambah modal kerja perusahaan dan mendukung ekspansi kredit serta transformasi menjadi bank digital, termasuk pengembangan applikasi Motion.
Sebagai gambaran, Bank MNC Internasional memiliki modal ditempatkan dan disetor penuh senilai Rp 2,35 triliun dengan jumlah saham berkisar 25,33 miliar lembar. Nantinya, lewat dua aksi korporasi tadi, jumlah saham untuk kategori tersebut meningkat menjadi 45,23 miliar lembar terdiri dari 23,18 miliar saham seri B dan 22,06 miliar saham seri A.
Hitungan tersebut sudah termasuk asumsi Waran IV sebesar 273.580.205 dan Waran V sebesar 2.862.285.378 yang dikonversi menjadi saham baru dan ikut ambil bagian di dalam penambahan modal dengan HMETD
Sedangkan nilai nominal untuk modal ditempatkan dan disetor penuh akan meningkat 42 %, atau sekitar Rp 1 triliun, menjadi Rp 3,36 triliun. Sekitar Rp 1,16 triliun berasal dari saham seri B dan Rp 2,20 triliun berasal dari saham seri A.
Adapun dampak dari hadirnya sejumlah saham baru yang diterbitkan ini maka pemegang saham BABP akan mengalami penurunan (dilusi) kepemilikan saham secara proporsional. Ini sesuai dengan jumlah saham baru yang diterbitkan sebanyak-banyaknya 33,33% setelah penambahan modal dengan HMETD dan 37,07% setelah penambahan modal dengan HMETD dan PMTHMETD.
“Dilusi yang terjadi atas PMTHMETD terhadap jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh sebelum penambahan modal dengan HMETD dan PMTHMETD relatif kecil, yaitu 9,09%,” demikian bunyi keterbukaan informasi tersebut.
Sementara itu, OJK menyampaikan profil risiko lembaga jasa keuangan per Maret 2021 masih terjaga pada level yang terkendali. Likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Alat likuid yang dimiliki perbankan terus meningkat yang ditandai dengan pertumbuhan DPK. Rasio solvabilitas sektor jasa keuangan cukup solid. CAR perbankan, gearing ratio PP, dan RBC asuransi terjaga di atas threshold.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh menyatakan berbagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi masih terus dilakukan. Baik itu melalui vaksinasi sebagai game changer dan beragam stimulus yang dikeluarkan, rasio prudensial sektor keuangan masih terjaga dengan baik dan dalam kondisi stabil.
"Kredit mulai tumbuh dan kami harapkan terus positif untuk mendorong berbagai multiplier effect penggerak aktivitas ekonomi nasional," kata Wimboh.
Selain itu, otoritas tetap berfokus memperkuat pengawasan dan surveillance secara terintegrasi serta, sekaligus mendorong kebijakan yang preemptive dan forward looking untuk membantu percepatan pemulihan sektor riil dan perekonomian secara keseluruhan serta menjaga momentum penguatan ekonomi.