Tips Mengatur Keuangan Usai Lebaran agar Terhindar Jerat Utang
Usai merayakan hari kemenangan Idul Fitri, rasanya penting untuk mulai mengatur kembali perencanaan keuangan serta portofolio investasi. Selain untuk mengamankan keuangan di masa depan, ini juga membantu untuk menghindari potensi berutang. Lalu, apa saja tips mengatur keuangan usai Lebaran?
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha menyampaikan, terkadang Lebaran bisa menyisakan beban bagi beberapa orang. Tunjangan Hari Raya (THR) sering tak bersisa, bahkan tak jarang yang berutang untuk mencukupi kebutuhan Lebaran.
"Sekarang saatnya kembali mengatur keuangan agar kembali sehat," kata Dimas dalam keterangan resminya, Senin (17/5).
Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kembali menata keuangan setelah Lebaran. Langkah tersebut dianggap penting untuk mengatur keuangan agar kembali sehat, sekaligus terhindar dari kesulitan keuangan setelah Lebaran.
Pertama, Dimas menyampaikan masih banyaknya perilaku konsumtif masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Bahkan kadang ada keinginan untuk memiliki sesuatu lebih besar dari kebutuhan dan daya beli sehingga berujung utang. Hal tersebut merupakan perilaku keuangan tidak sehat dan perlu introspeksi.
Kedua, tradisi berbelanja jelang Lebaran tidak banyak berubah di tengah situasi pandemi tahun ini. Bukan sekedar belanja pakaian, kue-kue ringan juga masuk daftar berbelanja di hari raya.
Dimas mengingatkan ketika daftar belanja semakin panjang, sudah saatnya memilah mana barang yang benar-benar dibutuhkan dan yang hanya keinginan sementara. Selain itu, bisa dipertimbangkan kembali apakah pembelian barang tersebut bisa ditunda atau tidak.
Untuk lebih ketat mengawasi pengeluaran keuangan, diusahakan setiap pembelanjaan menggunakan uang tunai atau kartu debit, paling tidak untuk sementara waktu. "Hindari penggunaan kartu kredit yang berlebih. Ingat, kartu kredit bukanlah harta individu, melainkan utang," ujarnya.
Terakhir, Dimas mengingatkan kondisi keuangan yang tidak sehat usai Lebaran karena ada tambahan beban utang. Untuk itu, perlu dilakukan pengetatan keuangan, serta membuat catatan keuangan untuk mengetahui pos-pos mana yang bisa dikeluarkan.
"Kalau perlu, bisa lebih frontal dengan menghilangkan pos-pos yang biasa kita gunakan untuk memanjakan diri, seperti pos belanja pakaian, hingga pos jalan-jalan ke mal," kata dia.
Disiplin untuk lebih ketat mengikuti catatan keuangan yang sudah dibuat jadi hal yang penting. Sebagai konsekuensi dari gaya hidup konsumtif selama Lebaran, maka sesudahnya siap untuk lebih disiplin untuk mulai menyehatkan kondisi keuangan.
Di samping itu, upayakan untuk tetap mengalokasikan pembayaran utang tidak lebih dari 30% dari pemasukan. Seburuk apapun kondisi keuangan, pastikan saat menerima penghasilan bulanan segera dialokasikan untuk membayar utang.
"Ketika kondisi keuangan sudah sehat, barulah bisa menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk diinvestasikan. Jadikan gaya hidup konsumtif sebagai pelajaran agar keuangan tidak memburuk paska Lebaran," kata Dimas.
Chief Reseaarch & Business Development Bareksa Ni Putu Kurniasari melihat prospek reksadana pasar uang dan pendapatan tetap masih akan positif. Kedua instrumen tersebut bisa menjadi pilihan investor menempatkan dananya. Apalagi, kedua instrumen tersebut mampu meminimalisasi volatilitas saat libur Lebaran dan momentum aksi jual aset di Mei atau sell in May effect.
Ni Putu merekomendasikan investor moderat maupun agresif untuk mengamankan tunjangan hari raya (THR) dengan memperbesar komposisi aset berisiko rendah. Pilihannya bisa di reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap.
"Minimal 50% dalam jangka pendek ini, masuk ke reksadana dengan risiko rendah," kata dia beberapa waktu lalu.
Sementara itu, survei perusahaan teknologi finansial Modal Rakyat menunjukkan 46% atau sekitar 53 responden pekerja Indonesia menggunakan THR untuk memenuhi kebutuhan Hari Raya. Adapun penggunaan uang THR sekitar 38% didominasi untuk kebutuhan mengirim uang kepada orang tua atau keluarga, 37% untuk bersedekah, dan 10% untuk mudik.
Di luar kebutuhan Hari Raya, banyak responden memilih memanfaatkan THR Lebaran 2021 untuk dana simpanan. Dari total responden, 81% atau 93 orang memilih untuk ditabung. Sedangkan 70% atau 81 responden menggunakan THR untuk investasi.
Survei dilakukan kepada 115 responden penerima THR yang dipilih secara acak untuk menjawab beberapa pertanyaan. Usia responden mulai dari 17 tahun hingga 39 tahun, dengan rentang penghasilan mulai dari Rp 4,1 juta hingga Rp 15 juta.