Didukung Data Inflasi AS, Harga Emas Antam Naik Rp 10 Ribu per Gram

Intan Nirmala Sari
18 Mei 2021, 11:30
Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/1/2020). Pengusaha emas setempat mengaku kenaikan harga emas Antam terutama untuk berat satu gram yang mencapai rekor tertinggi yakni Rp8
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/1/2020).

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk hari ini naik Rp 10.000 ke level Rp 947 ribu per gram dari catatan kemarin yakni Rp 937 ribu per gram. Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau pembelian kembali emas Antam bahkan naik Rp 15.000 per gram ke level Rp 857 ribu per gram pada Selasa (18/5).

Sementara itu, laman Bloomberg pada perdagangan Selasa (18/6) pukul 8:45 WIB mencantumkan harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Juni 2021 naik 0,29% ke level US$ 1.837 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,28% ke level US$ 1.872 per troy ons.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi memprediksi, harga emas global menuju level resisstance US$ 1.877 per troy ons pada perdegangan siang nanti. Jika level tersebut berhasil ditembus, emas spot berpeluang melanjutkan kenaikan harga hingga US$2.075 per troy ons.

"Data fundamental yang mendukung yakni sikap dovish dari bank sentral global, serta inflasi yang tinggi akibat stimulus AS tidak terbatas," kata Ibrahim Selasa (18/5).

Dia juga menambahkan, pemulihan ekonomi global cenderung masih bergerak semu. Ditambah lagi, penambahan kasus positif Covid-19 terus terjadi di Asia, khususnya India. Selain itu, sentimen geopolitik antara Israel dan Palestina juga masih berlangsung.

“Imbal hasil US Treasury masih di level yang ada, dan itu akan semakin meningkatkan kemungkinan investor untuk memilih emas,” kata Pendiri Circle Squared Alternative Investments, Jeffrey Sica dikutip dari Reuters, Selasa (18/5).

 Tekanan inflasi Amerika Serikat (AS) yang berada di luar perkiraan pelaku pasar telah menekan permintaan pasar terhadap aset berisiko. Pekan lalu, AS merilis data inflasi naik 4,2% di April 2021 dan berdampak pada pelemahan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun.

Selanjutnya, pasar sedang menanti risalah rapat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang diselenggarakan Rabu (19/5) waktu AS. Itu untuk melihat lebih lanjut rencana kebijakan moneter The Fed dan tanggapannya terkait data inflasi AS.

“The Fed akan tetap beranggakan kalau kenaikan inflasi lebih karena faktor pembukaan kembali ekonomi daripada inflasi riil,” kata Sica.

Sebagai aset lindung nilai atau safe haven, emas cenderung dipilih saat inflasi mengalami kenaikan. Ahli strategi pasar senior di RJO Futures Eli Tesfaye menyampaikan, dalam 200 hari pergerakan pasar emas telah menembus rata-rata dan mendukung tren harga lebih lanjut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...