Investor Lirik Kripto, Perdagangan Berjangka Komoditi Awal 2021 Lesu
Bergesernya minat investor Indonesia ke aset uang kripto membuat transaksi pasar berjangka komoditi tak sebaik tahun lalu. Hingga Rabu 26 Mei 2021, Jakarta Futures Exchange (JFX/BBJ) mencatat pertumbuhan kontrak sekitar 3,2 juta lot atau lebih rendah 26,9% dari target 4,39 juta lot. Capaian tersebut juga di bawah capaian tahun lalu yakni 3,8 juta lot untuk periode yang sama.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengungkapkan, sepanjang 2021 pihaknya masih membukukan kenaikan transaksi multilateral sebanyak 18%. Sedangkan untuk transaksi bilateral mencatatkan penurunan sebanya 30%.
“Faktornya, karena banyak yang tertarik mencoba trading kripto, dan momentum kripto saat itu sedang lumayan bagus,” kata Sutopo kepada Katadata.co.id, Jumat (28/5).
Selain itu, dia menyampaikan tahun ini banyak trader pasar berjangka mulai melakukan trading dari micro lot. Kondisi tersebut membuat beberapa trader mencari broker (pialang) luar negeri.
Berdasarkan data yang diperoleh Katadata.co.id Kamis (27/5), sepanjang Januari-Mei 2021 kontribusi kontrak bilateral dengan sistem perdagangan alternatif (SPA) di BBJ masih mendominasi. Di mana, kontribusinya mencapai 79,7% dari total kontrak, atau sebanyak 2,56 juta lot. Sedangkan kontrak multilateral hanya 651,5 ribu lot atau lebih rendah dari target BBJ yakni 1,22 juta lot.
Meskipun kinerja awal tahun belum sesuai harapan, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) tetap optimistis bukukan kontrak hingga 11 juta lot di akhir tahun ini. Sebagai informasi, akhir tahun lalu, bursa bukukan total transaksi hingga 9,43 juta lot. Di mana, sebanyak 7,75 juta lot berasal dari transaksi bilateral, dan sisanya 1,68 juta lot berasal dari transaksi multilateral.
“Sampai akhir Mei, saya perkirakan transaksi bisa menyentuh 3,3 juta lot, dari total target 11 juta lot tahun ini,” kata Direktur Utama BBJ Stephanus Paulus Lumintang kepada Katadata.co.id, Kamis (28/5).
Adapun sentimen utama yang bakal mendorong transaksi tahun ini seperti, tingginya volatilitas harga komoditas emas dan nilai tukar. Selain itu, harga komoditas seperti crude palm oil (CPO) dan batubara diyakini masih meningkat. Ditambah lagi, Paulus menilai animo masyarakat dalam berinvestasi di perdagangan berjangka meningkat di dukung sistem digital yang tersedia.
Senada, Sutopo juga optmistis prospek pasar berjangka komoditi Tanah Air masih akan positif. Proyeksinya, HFX International Berjangka mampu membukukan kinerja yang sama dengan tahun lalu, atau naik 10%-20% dari capaian tahun lalu.
“Kami menargetkan pertumbuhan minimal 30% dibandingkan tahun lalu, dengan produk jawara tetap emas dan forex major (nilai tukar utama),” ujar Sutopo.
Menurutnya, emas masih akan menarik tahun ini karena dianggap investasi anti inflasi. Begitu juga dengan forex major seperti pair USD, EUR, JPY, dan juga GBP. Adapun sentimen penopangnya seperti pemulihan data ekonomi dan stimulus Amerika Serikat (AS), perkembangan perang geopolitik antara Israel dan Palestina dan faktor lainnya.