Ekspansi Tambang Emas, Grup Bakrie Cari Tambahan Modal
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) kembali melakukan aksi korporasi Penawaran Umum Terbatas (PUT) penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih (PMHMETD) atau right issue. Tujuannya, untuk membiayai pengembangan proyek tambang tembaga dan emas di Gorontalo, Sulawesi.
Melansir keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 24 miliar saham seri B baru yang berasal dari saham portepel dengan nilai nominal sebesar Rp 50 per lembar saham baru. Selain itu, penerbitan sebanyak-banyaknya 8,5 miliar Waran Seri III yang menyertai penerbitan saham baru tersebut.
Sementara itu, April 2021 emiten Grup Bakrie tersebut baru saja menyelesaikan right issue dengan menerbitkan 22,9 miliar lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp 70 per saham. Dengan demikian, perseroan berhasil menghimpun dana Rp 1,6 triliun. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan proyek tambang emas di Palu, Sulawesi dengan kapasitas produksi 4.000 ton bijih per hari.
“Perusahaan telah menyampaikan keterbukaan informasi kepada BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Juni 2021,” kata Director & Investor Relations BRMS Herwin Hidayat dalam keterangan resminya, Rabu (30/6).
Melalui aksi korporasi kali ini, manajemen berharap dapat segera membukukan pendapatan dan laba bersih dari dua tambang emas Gorontalo dan Palu dalam waktu dekat. Adapun informasi lebih lanjut terkait syarat dan ketentuan right issue akan disampaikan setelah para pemegang saham BRMS menyetujui rencana right issue dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang bakal digelar 6 Agustus 2021.
Rencananya, dana hasil right issue akan digunakan untuk membangun 1 pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas 2.000 ton bijih per hari. Selain itu, akan dibangun juga fasilitas pendukung tambang waste dump (area dumping), sediment pond (kolam pengendapan), powerhouse (gardu listrik), warehouse (gudang), nursery facility (fasilitas kesehatan), workshop, town site, gudang bahan peledak, hingga bangunan kantor.
Selanjutnya, dana juga digunakan untuk keperluan aktifitas pengeboran di beberapa prospek emas, untuk menambah cadangan bijih emas di lokasi tambang emas Motomboto (Gorontalo). BRMS juga berencana membangun infrastruktur jalan tambang (hauling road) lebih dari 30 kilometer (km) dengan lebar 12 meter (m). Ada juga fasilitas jembatan sepanjang 75m dari Pelabuhan Tombolilato ke lokasi tambang emas dan tembaga
Berikutnya untuk membangun fasilitas pengelolaan limbah (Tailing Management Facility), termasuk pengeringan limbah bijih, tailing dam, dan detoxification plant. Untuk pembelian alat-alat berat, perlengkapan, dan peralatan tambang. Dana right issue akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja perusahaan dan/atau anak usaha BRMS.
Manajemen BRMS percaya bahwa perusahaan dapat merealisasikan beberapa keuntungan dari pengembangan proyek tambang tembaga dan emasnya di Gorontalo. Dengan ketersediaan pabrik pengolahan bijih emas memungkinkan perusahaan memulai produksi emas dan perak secara komersial dari lokasi tambang emas Motomboto di Gorontalo.
“Produksi emas secara komersial dari Gorontalo ini akan berdampak positif terhadap kinerja penjualan dan laba bersih perusahaan,” ujarnya.
Aktifitas pengeboran di tambang Gorontalo juga diharapkan dapat menambah jumlah cadangan bijih emas dan perak. Peningkatan jumlah cadangan tersebut akan menambah usia produktif dari proyek tambang emas di Gorontalo.
Sebelumnya, Director/Chief Business Development Officer BRMS Adika Aryasthana Bakrie menyampaikan, ke depan target produksi emas murni 2022 mencapai 60 ribu troy ons. Target produksi akan terus meningkat di 2023 dengan perkirakan 100 ribu hingga 110 ribu troy ons.
“Untuk 2024, saat pabrik ketiga selesai dibangun, target produksi sebanyak 220 ribu troy ons dengan asumsi kadar emas 2,5 gram,” ujar Arya dalam kesempatan yang sama.
Sebagai informasi, periode Januari-Maret 2021, BRMS membukukan kenaikan pendapatan 37,31% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 1,35 juta (Rp 19,3 miliar). Sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan BRMS hanya US$ 991 ribu.
Capaian tersebut berhasil mendorong laba bersih (net income) perusahaan tambang emas tersebut naik 940,4% ke level US$ 1,67 juta (Rp 24 miliar). Dibandingkan kuartal I-2019, laba perusahaan hanya US$ 161 ribu.
Adapun untuk, total produksi emas hingga kuartal pertama tahun ini mencapai 24 kilogram (kg), atau naik signifikan dibandingkan produksi tahun sebelumnya yakni 4kg. Sedangkan untuk produksi dore bullion (emas batang campuran) mencapai 50kg atau naik hampir tiga kali lipat dari periode tahun sebelumnya yakni 13kg.
Melansir RTI, pada perdagangan hari ini, saham BRMS ditutup koreksi 1,65% ke level Rp 119 per saham. Meskipun mengalami penurunan harga saham, namun aksi beli investor asing di seluruh market justru mencapai Rp 5,41 miliar.