Investasi Era PPKM Darurat, Reksadana atau Emas yang Lebih Menarik?

Intan Nirmala Sari
2 Juli 2021, 20:22
Ilustrasi investasi. Generasi muda harus mulai berinvestasi untuk meningkatkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangannya di masa depan. PPKM darurat
123RF.com/Thananit Suntiviriyanon
Ilustrasi investasi. Generasi muda harus mulai berinvestasi untuk meningkatkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangannya di masa depan.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali bakal dimulai 3 Juli hingga 20 Juli 2021. Kebijakan tersebut mendorong masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan kembali bekerja di rumah atau work from home (WFH).

Aturan tersebut, juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berhemat dan menginvestasikan dananya. Lalu, di antara instrumen investasi yang memiliki risiko rendah seperti emas, produk berbasis surat utang (obligasi) seperti reksadana pasar uang (RDPU) dan reksadana pendapatan tetap (RDPT), mana yang lebih menarik dilirik?

Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto mengatakan, sebagai instrumen diversifikasi emas bisa menjadi pilihan investasi. Namun, untuk dijadikan safe haven atau aset lindung nilai dia lebih memilih obligasi atau reksadana pendapatan tetap. RDPT merupakan jenis reksadana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek utang yang memberikan pendapatan tetap.

Dia menjelaskan, harga obligasi atau RDPT berpotensi mengalami volatilitas atau naik turun, terlebih untuk obligasi korporasi yang memiliki risiko gagal bayar. “Tapi ada pendapatan bulanan dan investor bisa memilih obligasi negara atau obligasi korporasi melalui RDPT yang menjalankan diversifikasi,” kata Rudiyanto kepada Katadata.co.id, Jumat (2/7).

Tahun lalu, reksadana berbasis obligasi seperti RDPT dan reksadana campuran memiliki kinerja lebih baik dibandingkan reksadana saham. Menurut dia, melakukan aset alokasi ke beberapa jenis reksadana menjadi pilihan yang bijaksana. Meskipun imbal hasil (return) tidak sebesar reksadana saham, namun produk berbasis obligasi menawarkan rasa aman di tengah gejolak pasar.

Rudiyanto merekomendasikan investor dengan profil investasi konservatif untuk menempatkan 40% dananya pada RDPT, 30% pada RDPU, 20% pada reksadana campuran dan sisanya 10% di reksadana saham. Sedangkan untuk investor agresif yang cenderung mengincar return lebih tinggi bisa menempatkan 40% dananya pada reksadana saham, disusul 30% pada reksadana campuran, 20% untuk RDPT dan sisanya 10% pada RDPU.

Untuk investor moderat, disarankan untuk mengalokasikan 40% dananya pada reksadana campuran, disusul RDPT sebanyak 30%, RDPU sekitar 20% dan sisanya 10% pada reksadana saham.

Sementara itu, sepanjang 2021 harga emas spot cenderung mengalami penurunan. Itu sejalan dengan sinyal Bank Sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya dan melakukan pengetatan kebijakan moneter atau tapering. Kebijakan tapering cenderung berdampak negatif terhadap harga emas.

Di sisi lain, meskipun Indonesia menerapkan PPKM mikro darurat, namun negara lain justru sudah semakin terbuka ekonomi dan aktivitas masyarakatnya. Hal tersebut seiring dengan masifnya program vaksinasi Covid-19 di masing-masing negara. Dengan begitu, negara lain justru berada di tahap pemulihan pandemi.

Harga emas dalam rupiah memiliki selisih yang cukup besar dengan harga jual. Jika kenaikan harga tidak signifikan, belum tentu dapat menutup selisih tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi, harga emas akan mengalami lonjakan sementara berkat penerapan PPKM darurat bulan ini. Potensi penguatan juga dipicu pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

“Secara teknis, harga emas global masih berpotensi menyentuh level di atas US$ 2.000 per troy ons,” kata Ibrahim.

Selain PPKM darurat, sentimen eksternal berpotensi mendorong harga emas global melesat di kuartal III-2021. Ibrahim menilai, perhelatan Piala Euro 2021 yang tengah digelar berisko menambah jumlah kasus Covid-19. Selain itu, sebaran kasus di Kawasan Asia cenderung mengganas beberapa waktu terakhir dan berdampak pada penerapan lockdown.

Berbagai kekhawatiran tersebut berpotensi mendorong harga emas naik. Sebagai aset lindung nilai, investasi emas kerap dipilih investor untuk mengamankan aset mereka dari risiko volatilitas di pasar keuangan. Meskipun imbal hasil yang ditawarkan tidak sebesar instrumen saham ataupun kripto, investasi emas dipercaya lebih aman, dan untuk jangka panjang mampu memberikan imbal hasil menarik.

Melansir Bloomberg pada perdagangan Jumat (2/7), harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Agustus 2021 naik ke level 0,92% ke level US$ 1.793,2 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,67% ke posisi US$ 1.788,75 per troy ons.

“Pelaksanaan PPKM darurat akan sangat berdampak pada harga emas. Kuartal IV-2021 kemungkinan tren harga melandai di kisaran US$ 1.800 per troy ons,” ujarnya.

Adapun untuk harga emas Aneka Tambang (Antam) diprediksi berada di kisaran Rp 940 per gram akhir tahun ini. Sebagai informasi, harga emas Antam naik Rp 3.000 per gram menjadi Rp 935 ribu per gram pada perdagangan akhir pekan ini. Mengutip laman Logam Mulia, harga buyback atau pembelian kembali emas Antam juga naik Rp 3.000 per gram ke level Rp 830 ribu per gram.

Penyumbang bahan: Nada Naurah (magang)


Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...