Indeks Saham Properti Turun 15%, Ada Potensi Naik Jelang Akhir Tahun

Intan Nirmala Sari
26 Agustus 2021, 07:00
properti, sektor properti, saham, saham LPKR, saham SMRA, saham BSDE, Saham CTRA, Saham PWON, investasi
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang pekerja melintas di layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Pusat (08/08). IHSG tercatat menguat 1,38% ke 6.204,19. IHSG masih didera aksi jual asing mencatat jual bersih Rp 214,41 miliar.

Indeks IDX Sector Property & Real Estate sepanjang 2021 tercatat mengalami koreksi 15,17%, per Rabu (25/8). Analis menilai momentum penurunan saat ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk melirik saham sektor properti di harga rendah. 

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyebutkan, harga saham sektor properti hingga akhir 2021 masih berpotensi naik. Itu didukung berbagai stimulus dari pemerintah, termasuk perpanjangan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang mampu menjadi katalis positif bagi industri properti tahun ini.

Advertisement

“Potensi naik masih cukup terbuka, kebanyakan saat ini berada di bawah rata-rata harga dalam tiga tahun terakhir dengan kinerja yang membaik, tercermin di marketing sales paruh pertama tahun ini,” ujar Yaki kepada Katadata.co.id, Rabu (25/8).

Lebih lanjut, Yaki menjelaskan sentimen lain di luar insentif PPN yakni tren suku bunga rendah. Kondisi tersebut turut menjadi katalis positif penggerak saham properti ke depan. Pasalnya, bunga rendah berpotensi mendorong daya beli masyarakat untuk membeli properti, disertai dengan pembukaan kembali sektor perekonomian.

“Suku bunga sebaiknya dijaga pada level ini, dan daya beli masyarakat ditingkatkan,” ujarnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Agustus 2021 memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan atau 7 Days Reverse Repo Rate (BI- 7DRR) sebesar 3,50%. Adapun untuk tingkat suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility juga dipertahankan masing-masing sebesar 2,75% dan 4,25%.

Pada Kuartal II-2021, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 7,07% year on year (yoy), sementara tingkat inflasi nasional berada di 1,52 persen per Juli 2021. Tingkat inflasi tersebut masih jauh dari target BI yang berada di rentang 2% hingga 4%.

Sementara itu, Bank Indonesia melihat penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) konsumsi masih direspons secara terbatas oleh penurunan bunga kredit baru, terutama di segmen KPR. Tingkat suku bunga KPR baru pada Juni 2021 turun 124 bps dibandingkan Juni 2020, jauh lebih rendah dibandingkan penurunan SBDK-nya yang mencapai 212 bps. 

"Bank Indonesia akan mendorong intermediasi melalui penguatan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan penekanan pada transmisi SBDK ke suku bunga kredit baru, khususnya segmen KPR ," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur (RDG), Kamis (19/8).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement