Summarecon Keluar-Masuk Indeks Bergengsi, Bisnis Bermula di Tanah Rawa

Intan Nirmala Sari
30 September 2021, 07:30
summarecon, saham SMRA, summarecon Agung, profil perusahaan, properti
Summarecon.com

Summarecon melantai di pasar modal sejak tiga dekade lalu. Dengan mengembangkan kawasan perumahan elite yang dilengkapi berbagai fasilitas, nama perusahaan yang memulai proyek di atas tanah rawa pada 1975 ini menjadi harum di kalangan investor saham.

Pamor dan kinerja perusahaan PT Summarecon Agung membawa emiten berkode SMRA ini sempat masuk jajaran indeks bergengsi di bursa efek, seperti LQ45 pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun roda bisnis terus berputar, dan Rabu lalu Summarecon terpental dari indeks tersebut. 

Pangkalnya, Bukalapak yang baru menggelar penawaran saham perdana (IPO) awal Agustus lalu berhasil mendepak beberapa emiten dari daftar jajaran indeks bergengsi. Dengan valuasi besar, e-commerce berkode BUKA ini menjadi anggota lima indeks saham melalui evaluasi fast entry yang dilakukan BEI.

Indeks tersebut yakni IDX30, LQ45, IDX80, JII, dan JII70.  Dengan BUKA masuk ke indeks saham-saham tersebut, ada emiten lain yang dilengserkan, salah satunya saham SMRA alias Summarecon dari daftar LQ45.

LQ45 adalah indeks pasar saham di bursa yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu. Umumnya, emiten dalam daftar ini merupakan bagian dari 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir.

Berdasarkan penelusuran Katadata.co.id, bukan kali ini saja Summarecon mental dari indeks-indeks bergengsi. Saham SMRA beberapa kali keluar-masuk indeks LQ45 sejak pertama kali melantai di bursa pada 7 Mei 1990. SMRA masuk daftar LQ45 pertama kali untuk periode Februari-Juli 2004, periode tahun berikutnya emiten ini harus terdepak dari daftar, begitu seterusnya.

Terakhir, SMRA bertengger di daftar LQ45 untuk periode Agustus 2021-Januari 2022, dengan rasio free float 48,06%. Namun, karena aturan baru BEI terkait fast entry  yang memungkinkan emiten dapat dipertimbangkan segera masuk ke konstituen membuat saham SMRA keluar dari daftar LQ45 terhitung sejak 29 September 2021-Januari 2022. 

Laba Summarecon Naik di Tengah Pandemi

Summarecon membukukan kinerja keuangan positif sepanjang semester pertama 2021. Laba periode berjalan tumbuh nyaris 1.000 % menjadi Rp 108,54 miliar dari Rp 10,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Di tengah tantangan pandemi Covid-19, pendapatan SMRA naik 12,7 % menjadi Rp 2,5 triliun pada Januari-Juni 2021. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian Rp 2,18 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penopang utama datang dari penjualan unit rumah yang berkontribusi Rp 1,21 triliun atau setara 49,28 % dari total pendapatan SMRA.

Sementara itu, beban pokok penjualan dan beban langsung naik sekitar 2,38 % year on year (yoy) dari Rp 1,24 triliun menjadi Rp 1,27 triliun. 

Summarecon Lahir di Tanah Rawa

Summarecon Agung merupakan perusahaan pengembang properti dan manajemen yang lahir di tanah rawa daerah Jakarta, kini dikenal sebagai Kelapa Gading. Dilansir dari laman resminya, perusahaan yang berdiri pada 26 November 1975 ini dibentuk oleh Soetjipto Nagaria bersama rekannya. 

Nama Summarecon berasal dari dua kata, yaitu summa yang memiliki arti puncak, serta recon yang diambil dari kata real estate corporation.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...