Harga Saham Bukalapak Anjlok 19%, Manajemen Sebut Tak Terkait Kinerja

Image title
15 Oktober 2021, 11:30
Bukalapak, Saham Bukalapak, saham BUKA, emiten buka
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Karyawan menunjukkan fitur pembelian tiket Kereta Api (KA) Bandara pada aplikasi Bukalapak dengan menggunakan gawai saat perjalanan dari Stasiun BNI City menuju ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Rabu (28/8/2019). Bukalapak bekerja sama dengan Railink meluncurkan fitur Kereta Api Bandara dalam aplikasi Bukalapak yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat akses calon penumpang dalam membeli tiket KA Bandara.

Harga saham PT Bukalapak.com Tbk sempat anjlok 19% dalam dua pekan terakhir dan menyentuh level Rp 695 per saham pada penutupan perdagangan, Rabu (13/10). Ini merupakan level terendah bagi emiten berkode saham BUKA sejak masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) awal Agustus lalu.

Pada perdagangan Rabu (13/10), harga saham BUKA sempat melorot 19,2% dari level penutupan akhir September yakni Rp 860 per saham. Tapi, sehari kemudian, Kamis (14/10), harganya naik 7,2% menjadi Rp 745 per saham 

Sejak mencatatkan sahamnya di BEI pada 6 Agustus lalu, pergerakan harga saham Bukalapak cukup berfluktuasi. Dengan harga penawaran perdana Rp 850 per saham, kini harga saham BUKA sudah terkoreksi 12,3% ke level Rp 745 per saham, per Kamis (14/10).

Sekretaris Perusahaan Bukalapak, Perdana Arning Saputro mengatakan telah terjadi perubahan portofolio investor, berdasarkan diskusi dengan pelaku pasar modal. Hal itu terkait lonjakan harga komoditas akhir-akhir ini, terutama di sektor energi seperti batu bara.

Seperti diketahui, harga batu bara tengah berada pada tren kenaikan. Puncaknya pada 5 Oktober 2021, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) mencapai US$ 280 per ton, tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

"Namun, kondisi tersebut tidak terkait dengan kinerja Bukalapak, melainkan lebih mencerminkan dampak tren global dan makro di luar kendali Bukalapak dan manajemen," kata Perdana dalam keterbukaan informasi, Kamis (14/10).

Perdana mengatakan, hingga saat ini kinerja Bukalapak tetap sesuai dengan rencana bisnis. Sehingga, manajemen tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Bukalapak di pasar modal.

Ia mengatakan, Bukalapak beroperasi seperti biasanya dan memiliki tren perkembangan positif sebagaimana digambarkan dalam beberapa rasio. Seperti, pertumbuhan total processing value (TPV) 56% secara tahunan. Lalu, TPV mitra juga tumbuh 237% secara tahunan.

Dikutip dari Databoks, kinerja keuangan Bukalapak mengantongi pendapatan Rp 863,6 miliar pada semester I-2021. Pendapatan tersebut tumbuh 34,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 641,3 miliar.

Pendapatan Bukalapak mayoritas masih berasal dari marketplace, yakni sebesar Rp 529,2 miliar. Jumlah itu tumbuh 4,4% dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 506,7 miliar.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...