Toto Sugiri, Penghuni Baru di Jajaran Orang Terkaya Indonesia

Amelia Yesidora
2 Januari 2022, 06:30
Toto Sugiri CEO Data Center Indoensia
dci-indonesia .com
Toto Sugiri CEO Data Center Indoensia

Dengan perkembangan teknologi yang makin cepat dari waktu ke waktu, bisnis teknologi terutama data juga semakin menjanjikan. Salah satu pengusaha yang berhasil membidik peluang ini adalah Otto Sugiri yang akrab disapa Toto Sugiri

Kerja keras Otto di bidang teknologi berhasil mengantarkannya ke dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia versi Forbes. Namanya baru muncul di tahun 2021 dan langsung menyabet peringkat ke-19.

Melansir laman Forbes, kekayaan Otto per 13 Desember sebesar US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35,5 triliun (kurs Rp 14.200). Berkat keberhasilan Otto menumpuk pundi-pundi dari bidang teknologi, Chief Operating Officer (COO) Dattabot Tom Malik menjuluki Otto sebagai “Bill Gates”-nya Indonesia. 

Pemain Lama Industri Teknologi

Otto dikenal banyak orang sebagai presiden direktur perusahaan Data Center Indonesia (DCI) yang ia dirikan bersama temannya pada 2011. DCI merupakan perusahaan data pertama dan terbesar di Indonesia. Juga perusahaan data tingkat empat yang pertama di Asia Tenggara. Sesuai namanya, perusahaan ini menawarkan penyimpanan data server dan layanan ruang pusat data bagi kliennya. 

Meski perusahaan yang dibangun Otto tergolong masih baru, diketahui pria berumur 68 ini sudah memiliki pengalaman selama empat dekade lebih di industri ini. Mulanya, ia menimba ilmu di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, sebuah universitas publik di Jerman dan tamat dengan gelar sarjana teknik elektro pada 1980.

Setelah lulus dari Jerman, Otto pulang ke Indonesia untuk merawat ibunya dan sekalian memulai proyek pertamanya. Melansir catatan Kompas, proyek pertama Otto adalah pemrograman lokal berbentuk perangkat lunak kepada salah satu perusahaan minyak di Papua.  Perangkat lunak ini berfungsi untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di sana.

Pengalaman Panjang Toto Sugiri

Kesuksesan Otto dapat ditarik panjang dari pekerjaan pertamanya sebagai IT General Manager di Bank Bali pada tahun 1983. Di sini Otto menciptakan perangkat lunak yang dikustomisasi untuk membantu kegiatan transaksional bank. Dengan perangkat ini, Bank Bali menjadi salah satu lembaga keuangan pertama di Indonesia yang melakukan transaksi melalui komputer. Berkat legasi yang ia torehkan, Otto dipromosikan menjadi VP Information Technology bank tersebut.

Meski sudah memiliki jabatan mentereng di bank, Otto meninggalkan kursinya itu setelah enam tahun bekerja, tepatnya pada 1989. Alasannya: politik tidak sehat dalam perusahaan. Ia lalu mengikuti kata hatinya untuk menjadi seorang provider perangkat lunak yang mampu membantu banyak perusahaan.

Bersama lima orang rekan kerjanya di Bank Bali, Otto membangun perusahaan bernama Sigma Cipta Caraka. Melanjutkan program yang telah ia bangun semasa di Bank Bali, Otto menawarkan produk perangkat lunak yang dapat membantu proses komputerisasi bank.

Kala itu, Otto memiliki modal sebesar US$ 200 ribu yang hanya cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan selama 10 bulan. Alih-alih menetapkan tujuan yang fantastis untuk perusahaan perdana, Otto merumuskan tujuan sederhana untuk Sigma Cipta Caraka.

“Kami memulai dengan tujuan sederhana untuk menjadi perusahaan perangkat lunak yang memiliki produk dan dipakai oleh lebih dari 10 perusahaan. Sesederhana itu,” kata Otto dilansir dari TechinAsia.

Meski memiliki tujuan yang sederhana, Sigma justru terbantu oleh kebijakan pemerintah yang kala itu sedang giat memperbaiki regulasi di industri perbankan. Jumlah bank di Indonesia pun menjamur hingga 240 bank pada tahun 1994. Nilai ini meningkat dua kali lipat dari tahun 1988 dimana hanya ada 111 bank di Indonesia. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...