Polesan Low Tuck Kwong Mengantar Bayan Resources Ikut Menopang Bursa

Amelia Yesidora
3 Januari 2022, 17:10
Polesan Low Tuck Kwong Mengantar Bayan Resources Ikut Menopang Bursa
PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

Gaung transisi energi terus memantul dalam pembicaraan publik. Sejumlah konferensi tingkat tinggi dunia mengajak para pengambil kebijakan untuk menanggalkan pemakaian bahan bakar fosil, termasuk dari batu bara, seperti dalam KTT G20 akhir tahun lalu.

Tentu tren peralihan ini sedikit banyak berimbas pada industri yang masih bertumpu pada energi hasil tertimbunnya sisa zaman purba tersebut. Namun di 2021, saat pandemi memukul ekonomi dunia, bisnis batu bara malah membara.

Musababnya, pagebluk telah mengubah rantai pasok dunia. Stok energi terbarukan defisit sehingga harganya mahal. Permintaan batu bara pun melonjak. Efek permintaan tinggi tersebut, nilai emas hitam ini naik. Pada November 2021, misalnya, harga batu bara acuan (HBA) US$ 215 per ton atau setara Rp 3 juta per ton.

Nilai batu bara di level tersebut menandakan rekor harga tertinggi sejak 2009. Salah satu perusahaan yang meraup untung dari fenomena kenaikan emas hitam ini yaitu Bayan Resources.

Setelah laba perusahaan turun 55 % pada 2019 menjadi US$ 234,2 juta -sekitar Rp 3,278 triliun- kinerja Bayan Resources pelan-pelan meningkat. Hingga kuartal ketiga 2021, laba perusahaan meningkat menjadi US$ 680,1 juta (Rp 9,521 triliun). Jumlah ini melonjak 97 % bila dibandingkan dengan laba perusahaan di akhir 2020.

Awal Perusahaan Kontraktor Menjadi Bayan Resources

Perusahaan ini bermula dari inisiatif Dato’ Dr. Low Tuck Kwong. Dia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) pada 1973. Kala itu, JSI merupakan kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan umum, dan struktur kelautan. Sebagai perintis dalam pekerjaan pondasi tumpuk (pile foundation), JSI menjadi kontraktor kondang di era 80 hingga 90-an.

Pada 1988, JSI mulai melebarkan sayap di perusahaan pertambangan batu bara. Perubahan ini dimulai dengan mengakuisisi PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasa Pratama (DPP).

Bayan Resources menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia berkat karakteristik positif yang unik dari batu bara Tabang. Dilansir dari paparan publik perusahaan, material Tabang, menurut Wood Mackenzie, batu bara di sana memiliki nilai emisi CO2 terendah dari seluruh batu bara termal.

Kemudian, Wood Mackenzie juga menyatakan bahwa batu bara Tabang memiliki biaya produksi terendah di pasar batu bara thermal seaborne (diambil dari laut). Dengan kedua kelebihan ini, Bayan tetap optimis menjalankan usaha meski isu peralihan energi terbarukan semakin kuat di kancah global.

“Kami berharap batu bara Tabang akan menjadi salah satu last man standing di sektor batu bara termal yang dianggap sebagai sunset industry,” tulis Bayan Resources dalam paparan publiknya.

Tambang Bayan Resources

Menurut laman resmi perusahaan, Bayan Resources memiliki lima kontrak batu bara (Coal Contract of Work/CCOW) dengan 16 izin usaha pertambangan (IUP) seluas 126 ribu hektare di Kalimantan Timur dan Selatan. Saat ini, konsesi tersebut dibagi menjadi empat proyek pertambangan aktif.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...