Menilik Pecah Kongsi Nasdem Usai Deklarasi Anies Jadi Capres
Deklarasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden memicu keretakan di internal Partai Nasional Demokrat. Beberapa kader bahkan memilih mundur dari partai seperti tokoh perempuan Bali Niluh Djelantik dan pengurus DPD Nasdem Kalimantan Barat Andreas Acui Simanjaya.
Pengunduran Niluh disampaikan langsung lewat akun twitter @niluhdjelantik tepat di hari deklarasi Anies Baswedan sebagai capres Nasdem Senin (3/10). Selain menyatakan resmi mundur, Niluh memastikan akan konsisten dengan pilihannya berjuang untuk rakyat.
“Dengan atau TANPA partai politik. Sikapku tegas. Integritasku jelas. Terimakasih atas support kesayangan yang setia menemaniku. Ketjup Sayang," ucap Niluh.
Selamat tinggal NasDem ????❤️
Pengumuman resmi menyusul.
NILUH DJELANTIK pic.twitter.com/SlBdaINEpp— NILUH DJELANTIK (@niluhdjelantik) October 3, 2022
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan mundurnya kader Nasdem usai deklarasi Anies Baswedan sebagai hal yang tidak terelakkan. Alasannya, berdasarkan sejumlah survei termasuk yang dilakukan Charta Politika, suara kader Nasdem memang terbelah antara mendukung Anies dan Ganjar Pranowo pada pilpres 2024.
“Kalau temuan survei kami basis massa Nasdem lebih banyak memilih Ganjar. Pencalonan dini Anies akan membuat sebagian pemilih yang kontra keluar mencari partai baru,” ujar Yunarto kepada Katadata, Kamis (6/10).
Menurut Yunarto, tingginya keterpilihan Ganjar di internal Nasdem karena dianggap lebih nasionalis. Gubernur Jawa Tengah itu juga dinilai memiliki karakter yang lebih merakyat dan cocok untuk melanjutkan kepemimpinan Joko Widodo. Ia menilai, pemilihan Anies sebagai capres oleh Nasdem lebih didasarkan pertimbangan politis dibanding elektabilitas berdasarkan survei.
“Anies dipilih lebih dikarenakan keterbatasan ruang gerak lobi Nasdem kepada Ganjar karena masih kader PDIP. Ganjar juga masih sangat berhati-hati untuk mengambil sikap. Sementara Anies memiliki keluasan ruang gerak untuk dipinang siapapun,” jelas Yunarto lagi.
Di sisi lain, ia mengatakan pencalonan dini Anies juga memberi nilai lebih bagi Nasdem. Partai pimpinan Surya Paloh itu memiliki cukup waktu untuk membangun basis massa yang baru. Waktu satu setengah tahun lebih menjelang Pilpres bisa dimanfaatkan untuk mengurucutkan isu-isu yang jadi perhatian publik. Selain itu Yunarto menilai pencalonan dini Anies akan memberi posisi tawar bagi Nasdem dalam konstelasi politik jelang pemilu.
Mengenai mundurnya sejumlah kader setelah deklarasi Anies sempat ditanggapi oleh Wakil Sekretaris Jenderal Nasdem Hernawi Taslim. Menurut dia partai tidak melarang dan menyerahkan sepenuhnya pada masing-masing kader untuk menentukan pilihan politik. Bahkan ia mengklaim deklarasi Anies bisa mengerek suara partai dengan bertambahnya anggota baru dari para pendukung Anies.
Senada dengan Hernawi, politisi Nasdem di Senayan Zulfan Lindan mengatakan keluar masuknya seseorang dari suatu partai sebagai hal biasa. Sebelum Anies dideklarasikan sebagai capres juga sudah ada pengurus Nasdem yang mundur dan pindah ke partai lain.
“Itu buat kami biasa saja, tidak ada riuh di dalam. Kerja terus, karena Nasdem sudah mengumumkan anies sebagai capres ya harus kerja konsisten untuk menjelaskan kepada masyarakat. Kami harus menang,” ujar Zulfan di kompleks parlemen Senayan.
Pecah Dukungan
Ihwal pencalonan Anies sebagai capres dari Nasdem bukanlah hal mendadak. Meski dimajukan dari rencana semula pada November mendatang, Surya Paloh mengatakan deklarasi Anies dilakukan untuk memudahkan konsolidasi politik.
Sebelumnya pada Juni 2022 Paloh telah mengumumkan tiga nama calon presiden hasil rapat kerja nasional partai. Tiga nama itu adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Andika Perkasa.
Dalam rakernas, nama Anies diusulkan oleh 32 dari 34 DPW. Hanya dua provinsi yang tidak mengusulkan nama Anies yaitu Papua Barat dan Kalimantan Timur. Di urutan kedua ada Ganjar Pranowo yang diusulkan 29 DPW.
Selanjutnya ada Menteri BUMN Erick Thohir dengan 16 suara dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan 13 suara. Nama lain yang masuk radar capres Nasdem adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan KSAD Dudung.
Survei terbaru yang dirilis the Republic Institute pada Selasa (4/10) juga menggambarkan pecahnya dukungan capres di internal Nasdem. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 28 Agustus – 12 September 2022 di 6 provinsi Pulau Jawa yang melibatkan 1.200 responden dukungan untuk Anies dan Ganjar terpaut tipis.
Peneliti Utama The Republic Institute Sufyanto menjelaskan Anies dipilih oleh 29 persen pendukung Nasdem. Sedangkan Ganjar meraih 24,2 persen suara. Sisa sura lainnya tersebar pada Prabowo Subianto 14,2 persen, Erick Thohir sebanyak 4,6 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono sebanyak 3,5 persen dan tokoh nasional lainnya.
Menurut Sufyanto secara umum, pemilih di Pulau Jawa mempersepsikan Anies sebagai pejabat publik yang cerdas, smart dan berhasil memimpin pembangunan. Pengalaman Anies memimpin DKI Jakarta juga dianggap menjadi modal untuk menuntaskan pembangunan IKN di Kalimantan.
"Sebagai calon presiden yang belum memiliki basis pemilih partai politik saat penelitian ini dilakukan tentu Anies adalah calon presiden yang fenomenal karena seiring dicalonkan oleh partai politik maka Anies akan dapat limpahan suara pilihan dari pemilih parpol yang mengusungnya," jelas Sufyanto.
Lebih jauh Sufyanto mengatakan kans Anies untuk menang akan lebih besar bila berpasangan dengan AHY. Berdasarkan simulasi tiga pasangan capres-cawapres, pasangan Anies-AHY unggul dengan 28,7 persen suara mengalahkan i Ganjar-Puan 27,6 persen dan juga Prabowo-Muhaimin 22,4 persen.
Sedangkan bila Pilpres 2024 terkerucut lagi dengan 2 pasangan saja yaitu Anies_AHY dan Prabowo-Puan maka calon pilihan Nasdem akan menang telak. Menurut Suyanto pasangan Anies-AHY memiliki nilai 44,3 persen sedangkan Ganjar-Puan meraih 38,9 persen. Sedangkan angka yang belum menentukan sebanyak 16,8 persen.
“Potensi Anies-AHY terbuka lebar karena pendukung Prabowo menilai kelayakan Presiden itu ke Anies, bukan Ganjar. Kemudian AHY memiliki keunggulan secara personalitas yaitu tokoh milenial dan tegas sehingga dinilai sangat cocok mendampingi Anies,” ujarnya.
Selain sumber suara, The Republic Institute menemukan dari ketiga capres yang telah deklarasi di Pulau Jawa nama Ganjar Pranowo mengalahkan Prabowo Subianto serta Anies Baswedan. Ganjar memperoleh 24,7 persen suara, sementara Prabowo 19,6 persen, serta Anies 16,9 persen.
Sufyanto mengatakan Ganjar mengantongi suara yang besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kader PDIP tersebut juga lebih dikenal karena aktif di media sosial. Ganjar juga disebut memiliki sikap kepemimpinan yang mirip dengan Presiden Joko Widodo.