BPS Umumkan Neraca Dagang Hari Ini, Analis Prediksi Perlambatan
Badan Pusat Statisik (BPS) hari ini, Senin (17/10), akan merilis neraca dagang September 2022. Menurut Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual kinerja neraca perdagangan bulan September tidak akan setinggi bulan sebelumnya.
Penurunan harga komoditas, kata David, akan mempengaruhi kinerja ekspor bulan lalu, sementara impor diramal masih meningkat seiring pemulihan ekonomi domestik. Surplus neraca dagang diprediksi US$ 4,83 miliar. Ekspor diperkirakan hanya tumbuh 13,5% secara tahunan dan impor 22,8%.
"Ekspor agak lambat karena harga komoditas mineral dan CPO melandai sejak Juni. Namun pertumbuhannya masih sama dipicu harga komoditas, termasuk perikanan dan otomotif," kata David dalam keterangannya, Minggu (17/10).
Pada Agustus, neraca perdagangan mencatatkan surplus jumbo mencapai US$ 5,76 miliar. Nilai ini bersumber dari kinerja ekspor yang tumbuh 30,15% secara tahunan dan impor bertambah 32,81%.
Dari sisi impor, pertumbuhan neraca masih didorong oleh pemulihan ekonomi. Selain itu terjadi peningkatan permintaan barang dari dalam negeri khususnya untuk barang tahan lama alias durable goods. Adapun depresiasi nilai tukar rupiah diperkirakan tak berpengaruh banyak terhadap impor bulan lalu.
Senada dengan David, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan surplus neraca dagang September akan menyusut menjadi US$ 4,84 miliar. Ia menyebutkan, penurunan ini didasarkan pada potensi pelemahan ekspor akibat harga komoditas ekspor unggulan Indonesia melemah, seperti CPO dan baja.
Harga CPO tercatat turun rata-rata 13,3% dalam sebulan, sementara harga baja menyusut rata-rata 1,18%. Namun penurunan harga kedua komoditas tersebut dikompensasi oleh harga batu bara yang cenderung masih meningkat 8,52%. Karena itu, Josua melihat penurunan pada nilai ekspor September cenderung lebih terbatas.
"Dari sisi impor, kami perkirakan impor akan meningkat, yang didorong oleh peningkatan aktivitas manufaktur pada bulan September," kata Josua.
Menurut Josua, peningkatan aktivitas ini sendiri tercermin dari peningkatan PMI Manufaktur menjadi 53,7 dari sebelumnya 51,7. Kinerja bulan lalu itu merupakan yang tercepat dalam delapan bulan terakhir.
Josua memperkirakan, nilai ekspor September meningkat sebesar 32,05% secara tahunan, sementara pertumbuhan impor meningkat sebesar 37,81%yoy.