Heboh Anies Utang Rp 50 Miliar pada Sandiaga, Erwin Aksa Bilang Begini
Peluang Anies Baswedan maju dalam pemilihan presiden 2024 kembali diuji. Usai mengantongi dukungan dari tiga partai yang mengantongi lebih dari 25% suara sah pada pemilu 2019, Anies kini diterpa isu utang piutang pada saat maju di pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017 lalu.
Pangkal mula perjanjian utang piutang Anies pada Pilkada 2017 bermula dari pernyataan Sandiaga Uno yang menyebut adanya perjanjian antara dirinya, Anies dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menurutnya, perjanjian tersebut ditulis tangan dan diteken oleh dirinya, Anies, dan Prabowo pada September 2016.
Lebih jauh Sandiaga mengatakan lembar perjanjian tersebut disimpan oleh Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Sandiaga tidak menyebutkan apakah perjanjian itu berkaitan dengan pemilihan presiden 2024 mendatang. Namun secara umum dia menyebutkan bahwa perjanjian tersebut merupakan perjanjian politik.
"Perjanjian itu perjanjian yang menurut saya memikirkan kepentingan bangsa dan negara, kepentingan saat itu kami mencalonkan, dan kepentingan apa yang Pak Prabowo harapkan kepada kami berdua dan poinnya," kata Sandiaga di kompleks Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (30/1).
Rupanya, antara Anies dan Sandiaga tidak hanya terikat dalam perjanjian politik. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa mengungkap Anies dan Sandi juga terikat dalam perjanjian utang piutang. Saat pilkada DKI Jakarta 2017, Erwin Aksa merupakan perwakilan Jusuf Kalla yang menjadi salah satu tokoh pengusung Anies Baswedan maju menjadi calon gubernur.