Menakar Siasat Megawati Adang Koalisi Pendukung Prabowo di Pilpres
Kontestasi jelang pemilihan presiden mulai menghangat seiring dengan dukungan dikantongi Prabowo Subianto untuk maju di pemilihan presiden 2024 mendatang. Deklarasi dari lima partai membuat Prabowo melenggang bertarung dengan Ganjar Pranowo yang diusung sesama partai pendukung pemerintahan yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan partainya telah menyiapkan sejumlah langkah menghadapi koalisi gemuk pendukung Prabowo Subianto di pemilihan presiden 2024 mendatang. Bahkan, Hasto menjelaskan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah memberikan titah.
Menurut Hasto usai tiga partai parlemen yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa mengumumkan dukungan untuk Prabowo pada Minggu (13/8) ia telah bertemu dengan Megawati. Dalam pertemuan yang berlangsung di Bali itu ia menanyakan kemungkinan adanya arahan dari ketua umum menyikapi kerja sama partai politik tersebut.
"Ibu menjawab perkuat akar rumput. Turun ke bawah bersama dengan rakyat, perkuat akar rumput, karena bagi PDI Perjuangan politik itu bukan high politics, the real politics (politik sebenarnya) itu berada di grass roots (akar rumput)," kata Hasto seperti dikutip dari Antara, Rabu (16/8).
Menurut Hasto pesan Megawati merupakan bagian dari perjuangan yang selama ini diupayakan PDIP. ia mengklaim PDIP selama dua tahun menjadi pelopor di pemerintahan telah melaksanakan sejumlah program pro rakyat.
Menghadapi pemilu 2024 PDIP telah mendeklarasikan dukungan untuk mengusung Ganjar Pranowo di pilpres. Deklarasi Ganjar juga telah mendapat dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan, Hanura dan Perindo.
Di sisi lain, Hasto meyakini deklarasi Ganjar akan membawa PDIP sukses di pilpres. Ia mengklaim Ganjar masih menjadi calon presiden yang didukung oleh Presiden Jokowi. Hasto menepis kabar bahwa Jokowi memilih Prabowo untuk menggantikannya.
"Hal tersebut sudah dibantah oleh Presiden Jokowi," kata Hasto. .
Hasto mengatakan PDI Perjuangan meyakini Presiden Jokowi merupakan sosok yang memahami falsafah bangsa. Dia lalu menceritakan tokoh Wayang Yudhistira yang dianggap sebagai pemimpin jujur. Karena itu Hasto menegaskan PDIP meyakini pernyataan Presiden Jokowi yang tidak mendukung Prabowo.
"Bahwa klaim-klaim yang dinyatakan secara tidak benar, hanya untuk mendapat dukungan elite itu sudah langsung dibantah oleh Presiden Jokowi," kata Hasto lagi.. Lebih lanjut, dia mengajak semua pihak agar menyampaikan narasi yang terbaik bagi masyarakat.
Di tengah meningkatnya eskalasi politik menjelang pilpres, PDIP juga tengah menyiapkan figur calon wakil presiden yang akan mendampingi Ganjar Pranowo di pilpres. Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan partainya tengah menggodok sejumlah nama potensial untuk dipilih menjadi cawapres.
Basarah mengatakan dalam mengambil keputusan terkait cawapres Ganjar PDIP akan menimbang berbagai aspek. Ia pun menyebut Megawati nantinya akan berkomunikasi berbagai pihak dalam menentukan cawapres.
"Siapa cawapres Mas Ganjar juga akan beliau bicarakan dengan pihak lain termasuk juga dengan Pak Jokowi dalam kapasitas beliau sebagai kader PDI Perjuangan," kata Basarah.
Ia mencontohkan, saat memajukan Jokowi pada Pilpres 2014 lalu Megawati berunding dengan partai lain yang sama-sama mengusung Jokowi. Hal itu penting untuk memastikan kerja sama berjalan dengan baik.
Dekati Pemilih Potensial
Mengenai semakin banyaknya partai yang mendukung Prabowo di Pilpres, Basarah mengatakan partainya tidak gentar. Dia menyebut PDIP tak hanya berpaku pada mencari dukungan partai tetapi fokus mengejar dukungan dari rakyat. Strategi PDIP ini mendapat tanggapan positif.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyatakan meskipun hanya didukung dua partai parlemen, PDIP dan Ganjar bisa saja menang bila bisa mengelola pemilih. Ia menyebut langkah Ganjar yang turun ke basis pemilih Nahdlatul Ulama merupakan langkah yang tepat.Apalagi Ganjar turun dengan mendekati keluarga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
"Kehadiran mas Ganjar ke Ibu Sinta yang ditemani Mbak Yenny Wahid, itu satu strategi politik yang canggih, mendekati basis massa Nahdlatul Ulama (NU)," kata Burhanuddin, Selasa (15/8).
Dia menjelaskan NU merupakan organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Hampir 50 persen orang Indonesia dekat dengan NU. Di saat yang sama, Sinta Nuriyah dan Yenny Wahid merupakan salah satu representasi simbolik yang sangat krusial bagi warga NU. Menurut Burhanuddin jika Ganjar mampu mendapatkan basis massa dukungan NU, sangat menentukan bagi kemenangan pada Pilpres 2024 mendatang.
"Bukan hanya representasi partai politik yang didekati Mas Ganjar atau PDIP, tapi representasi organisasi krusial, yang mungkin tidak merupakan representasi politik formal, tapi representasi umat Islam yang besar," ungkap Ganjar.
Lebih jauh Burhanuddin menjelaskan dalam konteks pemilihan presiden pengaruh aspek figur lebih dominan ketimbang pengaruh aspek kendaraan politik atau banyaknya dukungan partai politik terhadap calon tertentu. Karena itu strategi mendekati basis pemilih dinilai lebih efektif.
Ia menyebut meskipun saat ini Prabowo Subianto sudah mengantongi dukungan lima partai politik, empat di antaranya partai parlemen. Itu tidak serta merta membuat Prabowo menang mudah. Karena basis massa Golkar, PAN, PKB, bahkan Gerindra tidak serta merta memilih elit partai atau capres cawapres yang disepakati elit partainya.
Strategi jemput bola ke akar rumput menurut Burhanuddin tidak hanya berlaku untuk Ganjar tetapi juga calon lain seperti Anies Baswedan. Anies saat ini diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang terdiri dari Partai Demokrat, Partai Nasional Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
“Kemampuan untuk mengkonsolidasi massanya, sekaligus mencuri basis dukungan dari partai lain yang mengusung capres yang lain, itu yang akan menjadi kartu AS dalam memenangkan Pilpres 2024," kata Burhanuddin lagi.
Senada dengan Burhanuddin, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Surokim Abdus Salam menilai langkah poliitik koalisi gemuk pendukung Prabowo bisa saja berbalik menjadi simpati untuk PDIP. Apalagi bila kemudian PDIP bisa mencitrakan diri sebagai koalisi yang dikeroyok oleh banyak partai.
Ia mencontohkan dinamika politik yang terjadi menjelang pilpres 2014 saat Jokowi yang waktu itu jadi capres dikeroyok banyak partai yang mendukung Prabowo. “PDI Perjuangan akan kian mendapat simpati publik, jika terkesan dikeroyok dan sharing kekuatan yang vulgar dari pendukung Pak Prabowo," ujar Surokim.
Peneliti senior Surabaya Survei Center (SSC) itu mengatakan saat ini pertumbuhan pemilih rasional Indonesia kian signifikan. Hal itu mengubah perilaku memilih secara drastis dalam pemilu ke depan. Karena itu partai menurut dia harus pintar menjaga perasaan publik agar senantiasa satu frekuensi.
"Kian vulgar akomodasi kepentingan partai-partai berbagi kekuasaan tanpa bisa menjelaskan secara memadai kepada publik, maka potensial akan selalu menjadi tanda tanya publik. Hal itu akan mempengaruhi citra koalisi sebagai tempat mencari aman dan perlindungan," ujarnya.
Surokim juga mengingatkan partai-partai untuk memastikan bahwa pilihan politik didasarkan pada keinginan memperjuangkan rakyat dan bukan berbagi kekuasaan. Ia menilai sejauh ini PDIP nampak sangat berhati-hati dan terlihat tidak agresif dalam membangun koalisi.
Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu), pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.