Konflik Palestina-Israel Meluas, Para Pimpinan Partai Kecam Kekerasan
Konflik Palestina - Israel kembali pecah usai kelompok Hamas Palestina melancarkan serangan ke Israel yang disebut sebagai upaya merebut kembali tanah mereka pada Sabtu (7/10) lalu. Serangan pasukan Hamas dibalas oleh militer Israel dengan menyerang pemukiman penduduk Palestina di Jalur Gaza.
Setidaknya 1.100 orang dilaporkan meninggal yang berasal dari kedua pihak. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan perang dan pengerahan kekuatan penuh militer untuk membalas serangan Hamas.
Meningkatnya eskalasi konflik antara Israel - Palestina menjadi sorotan banyak pihak termasuk partai politik yang ada di Indonesia. Sekretaris Partai Gerindra Ahmad Muzani berpandangan, berkaca pada konflik Israel dan Palestina, menurutnya diperlukan pemimpin yang kuat.
"Dunia sedang tercengang oleh perang antara Israel dengan Palestina hari-hari ini, dunia masih tercengang dengan suasana Ukraina dan Rusia, kita makin yakin inilah perlunya pemimpin yang kuat, karena itu kita makin yakin inilah perlunya pemimpin yang mengajak persatuan mengajak kebersamaan," kata Muzani saat memberi sambutan di agenda deklarasi relawan Perisai Prabowo, di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat, Senin (9/10).
Muzani mengatakan, kunci hadirnya perdamaian adalah adanya persatuan. Selain itu kehadiran pemimpin yang mengutamakan perdamaian juga menjadi kunci.
Sementara itu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menilai perlu adanya upaya gencatan senjata di tengah semakin banyaknya korban sipil yang berjatuhan. “Juga berpotensi memicu ketegangan yang lebih besar di kawasan dan dunia,” kata AHY dalam keterangan resmi, Senin (9/10) pagi.
Putra sulung dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono tersebut berpandangan, eskalasi konflik yang terjadi saat ini tidak terlepas dari diabaikannya prinsip keadilan. Padahal menurut Agus keadilan merupakan pilar utama hadirnya perdamaian. Ia juga berharap agar upaya perdamaian melalui solusi dua negara segera dicapai.
“Pengalaman saya saat menjadi pasukan perdamaian PBB di wilayah perbatasan Libanon-Israel, konflik akan terus tereskalasi jika akar permasalahan tidak kunjung diselesaikan,” kata Agus.