Sang Jenderal Pandemi Covid-19
Doni Monardo sudah berhadapan dengan wabah corona jauh sebelum ditunjuk Presiden sebagai jenderal pandemi. Berperang melawan Covid-19, setahun ia tak pulang ke rumah.
Wajahnya kerap muncul di layar televisi dan gawai saat awal pandemi Covid-19. Gayanya khas dengan kemeja putih berlapis rompi cokelat plus emblem Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di sebelah kirinya.
Saat berbicara ia terlihat tenang dan cenderung lamban. Emosinya datar. Tapi kalau kasus harian sedang naik, terlihat ada ketegangan di wajahnya.
Doni Monardo ketika itu menjabat sebagai Kepala BNPB sekaligus Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Presiden Joko Widodo menunjuknya melalui Keputusan Presiden pada Maret 2020.
Ibarat perang, Doni adalah jenderal yang memimpin persoalan pandemi. Dari soal isolasi mandiri, rumah sakit darurat, hingga distribusi dan logistik ada di tangannya. Pekerjaannya ini 24 jam. Dan selama lebih setahun menjabat ia tidak pernah pulang ke rumah.
Saat melepas jabatan sebagai Kepala BNPB karena pensiun, pria kelahiran Cimahi, 10 Mei 1963 itu sempat berseloroh. “Jadi, ini malam pertama kembali ke rumah, setelah setahun lebih saya harus bermalam dan nginep di kantor,” katanya pada 25 Mei 2021.
Kepemimpinan Doni Monardo
Perkara Covid-19, Doni sudah memulainya jauh sebelum ditunjuk oleh Presiden sebagai jenderal pandemi. Pada saat virus corona mulai menyebar keluar Cina, ia harus mengurus kepulangan 238 warga negara Indonesia dari Kota Wuhan, Hubei.
Natuna ketika itu terpilih menjadi lokasi karantina para WNI tersebut plus lima staf Kedutaan Besar RI (KBRI) untuk Beijing. Pesawat yang membawa mereka tiba pada 2 Februari 2020.
Persiapan tempat isolasi terbilang singkat. Hanya semalam. Lokasinya di hangar Pangkalan Udara Raden Sajad Saleh. Panglima TNI Yudo Margono, ketika itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut, yang mempersiapkan segala kebutuhan karantina.
Kolaborasi keduanya lalu berlanjut ketika melakukan evakuasi dan karantina 188 anak buah kapal (ABK) World Dream dari Hong Kong ke Indonesia. Lokasi karantina kali ini di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta. Para ABK berhasil dievakuasi pada 28 Februari 2020 memakai kapal perang TNI-AL.
Kapal pesiar World Dream sempat menjadi sorotan media internasional kala itu. Sebanyak 2.800 penumpang dan krunya terpaksa melakukan karantina dalam kapal di Terminal Kai Tak, Hong Kong. Penyebabnya, tiga orang terkonfirmasi positif Covid-19 pada pertengahan Januari 2020.
Itu baru urusan pemulangan WNI di luar negeri. Urusan di dalam negeri pun tak kalah rumit. BNPB yang biasa menangani bencana alam, belum memiliki pengalaman untuk menghadapi pandemi.
Doni berperan besar dalam mengatur dan membuat sistem. “Dia menjadi katalisator dan berinovasi dalam perbaikan,” ujar Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, ketika berbincang dengan Katadata.co.id pada Januari 2023.
Dicky menyebut Doni sebagai pemimpin yang paham betul soal birokrasi dan aturan. Ketika rumah sakit butuh bantuan oksigen, Doni dapat memastikan masalah itu teratasi dengan cepat. “Ia berkolaborasi dengan banyak pihak, membuat pedoman dan perilaku selama pandemi untuk diterapkan di masyarakat,” kata Dicky.
Ia masih ingat ketika kasus Covid-19 melonjak di Surabaya pada pertengahan 2020. Rumah sakit sempat kekurangan oksigen dan makanan. Sulit pula melakukan tes usap untuk mendeteksi virus corona. Doni lalu mencari bantuan, menghubungi orang-orang sekitarnya. Dalam semalam bantuan langsung datang ke kota tersebut.
Aksi Doni yang lincah rasanya tak terlepas dari pengalaman panjangnya di TNI. Pria berdarah Sumatera Barat itu memilih masuk Akademi Militer usai lulus SMA 3 Padang. Kariernya di militer terbilang moncer.
Doni pernah mengemban tugas sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Komandan Detasemen Markas Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), dan Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Covid-19 Sonny Harry B Harmadi masih ingat mulai bekerja pada khusus pada Agustus 2020. Ketika itu, Doni meminta Sonny untuk membuat strategi mengubah perilaku masyarakat. “Pak Doni dan saya teman seangkatan di Lembaga Ketahanan Nasional,” ucapnya.
Tugas itu, menurut Sonny, terbilang rumit. Bebannya berat dengan target fantastis. Semua orang harus memakai masker dan mengubah perilaku sadar pandemi dalam waktu tiga bulan. Penyusunan strategi itu ia lakukan bersama Doni dan para ahli dari berbagai universitas.
Beberapa kampanye pun muncul. Yang paling teringat sampai sekarang adalah 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Doni Monardo dan Pohon
Walaupun media kerap menyebut namanya, Doni jarang menerima permintaan wawancara. Saat Katadata.co.id ingin melakukannya, Doni memilih mengirimkan buku biografinya, berjudul Titik Nol Corona.
Pengarang buku yang menjabat stafnya, Egy Massadiah, mempersilakan kami untuk mengutip pernyataan Doni dalam buku tersebut. Beberapa hal menarik tentang pemikiran Doni tertuang.
Urusan strategi, Doni menerapkan pemikiran Sun Tzu. Buku The Art of War karangan filsuf Cina tersebut menjadi favoritnya. Kutipan yang selalu ia pegang adalah seni perang tertinggi adalah menaklukkan musuh tanpa pertempuran. Karena itu, Doni lebih menekankan pada dialog dan koordinasi dalam menangani pandemi.
Ayah tiga anak ini juga dikenal sebagai pecinta alam. Ia hafal berbagai jenis pohon. Suatu peristiwa sepulang dari Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta, Doni dan rombongan BNPB berjalan menuju lokasi parkir. Ia menunjuk satu pohon dan berkata, “Ini pohon mindi.”
Langkahnya lalu berhenti dan menunjuk pohon setinggi lima meter. “Nah, kalau ini pohon pule. Aromanya wangi saat bunganya kuncup,” katanya. Seluruh rombongan paham betul, pohon menjadi salah satu hiburan dan penyemangat Doni.