Menghitung Beban Tambahan Ongkos Pengganti Kantong Plastik

Image title
Oleh Katadata Insight Center - Tim Publikasi Katadata
30 Juni 2020, 17:31
penggunaan kantong plastik
123RF.com

Pandemi Covid-19 berimbas ke seluruh sektor usaha di Tanah Air, tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Roda ekonomi melambat. Khusus pelaku UMKM di Jakarta, beban mereka bertambah dengan penerapan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan. Pasalnya, kantong alternatif belum seekonomis plastik.

Penggunaan plastik oleh para pelaku UMKM di DKI Jakarta pun masih dominan. Hal itu terungkap dari survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) terhadap 1.162 pegiat UMKM makanan dan minuman di DKI Jakarta. 95,5 persen responden mengaku mereka menggunakan kantong plastik dalam menjalankan usahanya.

Advertisement

Pergub larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai seperti kantong kresek mulai berlaku pada 1 Juli 2020. Peraturan itu diharapkan dapat menekan produksi sampah plastik di ibu kota sampai 50 persen. "Kan kita mengubah kebiasaan, mengembalikan kebiasaan lama belanja pakai kantong belanja saja sekarang," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI Jakarta Andono Warih kepada CNN.com.

Selain mendorong konsumen untuk membawa sendiri kantong belanjanya, Pergub 142/2019 juga mewajibkan pedagang atau pemilik usaha untuk menyediakan kantong belanja ramah lingkungan. Adapun kantong belanja ramah lingkungan dideskripsikan sebagai produk substitusi kantong plastik yang terbuat dari bahan daur ulang dan dapat digunakan berulang (reusable).

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan Katadata, 85 persen dari responden menjadikan harga sebagai pertimbangan utama dalam memilih kantong belanja ramah lingkungan untuk menggantikan kantong belanja plastik.  Lantas berapa ongkos pengganti kantong plastik itu? Berdasarkan perhitungan Katadata Insight Center, produk substitusi yang beredar di pasaran saat ini masih jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan kantong plastik kresek.

Ambil contoh kantong kertas yang harga satuannya Rp 1.000. Ini berarti 10 kali lipat lebih mahal daripada kantong plastik yang selembarnya sekitar Rp 100. Dari hasil survei, didapat dalam satu bulan rata-rata 1800 lembar kantong digunakan oleh UMKM. Jika dikalikan maka akan memunculkan angka Rp 1,8 juta untuk belanja kantong kertas selama sebulan. Bandingkan dengan biaya belanja kantong plastik per bulan yang hanya Rp 180 ribu.

Alternatif lain, kardus dan tas berbahan spunbond ternyata jauh lebih mahal. Untuk kardus harganya lebih mahal 14 kali lipat (Rp 1.400/unit) dan tas berbahan spunbond 22 kali lipat (Rp 2.200/unit). Biaya belanja untuk tiap kantong per bulan pun meningkat ke angka sekitar Rp 2,5 juta (kardus) dan Rp 3,9 juta (tas spunbond). Angka tersebut jauh lebih mahal dibanding kantong plastik kresek.

Opsi paling ekonomis sejauh ini adalah kantong biodegradable yang terbuat dari paduan ekstrak singkong. Harga satuannya sekitar Rp 600 atau enam kali lebih mahal dibanding kantong plastik dan masih berpotensi memberatkan keuangan pegiat UMKM.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement