Alasan Produsen Ekspor Biomassa: Regulasi Nihil dan Harga Tinggi

Muhamad Fajar Riyandanu
4 Mei 2023, 17:44
Biomassa
Katadata
Biomassa

Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) melaporkan, mayoritas pelaku usaha lebih tertarik mendistribusikan produk mereka ke pasar luar negeri ketimbang menjualnya kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai campuran atau co-firing batu bara pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Alasannya, pelaku usaha menilai pasar ekspor menawarkan harga yang lebih menjanjikan dibanding penawaran dari pasar domestik.

Ketua Umum MEBI, Milton Pakpahan, mengatakan pencapaian suplai biomassa untuk 36 pembangkit listrik PLN pada 2022 hanya menyentuh angka 600.000 ton. Angka itu masih jauh dari target suplai sebanyak 10,2 juta ton pada 2025.

"Sampai sekarang belum ada satupun suplai biomasa co-firing jangka panjang, sementara pasar ekspor semakin besar dan menjanjikan harga yang sangat tinggi," kata Milton lewat pesan singkat pada Kamis (4/5).

Pernyataan Milton sekaligus menanggapi keluhan PLN yang menilai suplai biomassa sebagai campuran bahan bakar PLTU batu bara belum optimal, seiring ketersediaan bahan baku yang terbatas. Pasokan biomassa sejauh ini masih berasal dari produk sampingan.

Menurut PLN, harga Biomassa untuk pembangkit listrik dibatasi dengan harga patokan tertinggi atau HPT batu bara. Hal tersebut berimbas pada sikap para produsen yang memilih menjual hasil biomassa mereka ke pasar ekspor. "Memang yang dikatakan PLN itu benar," ujar Milton.

Untuk menekan volume ekspor biomassa, MEBI mendorong pemerintah agar segera melengkapi regulasi bisnis terkait energi biomassa, terutama Peraturan Menter (Permen) ESDM tentang Co-firing.

Regulasi itu diharapkan bisa menjadi instrumen yang mampu menjawab tantangan ihwal disparitas harga biomasa untuk tiga pasar berbeda, yakni biomassa untuk pasar ekspor, biomassa untuk domestik non energi dan harga biomassa untuk listrik domestik.

"Tiga pasar itu dengan urutan harga tinggi ke rendah," kata Milton.

Lebih lanjut, kata Milton, harga bahan baku biomassa limbah naik, seiring dinamika permintaan biomasa yang meningkat tajam. Ini terjadi karena program co-firing dari pemintaan industri domestik serta pasar ekspor telah membentuk harga bahan baku biomassa limbah yang tinggi di sejumlah lokasi. Khususnya serbuk gergaji, sekam padi dan tandan kosong sawit.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...