Joe Biden Panggil Bos Microsoft dan Google, Bahas Bahaya AI
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bertemu dengan para petinggi perusahaan teknologi yang menciptakan sistem kecerdasan buatan generatif atau artificial intelligent (AI), termasuk Microsoft dan Google Alphabet.
Pertemuan yang berlangsung selama dua jam pada Kamis (4/5) itu dihadiri oleh Sundar Pichai dari Google, Satya Nadella dari Microsoft, Sam Altman dari OpenAI, dan Dario Amodei dari Anthropic.
Dari pihak pemerintah AS, hadir Wakil Presiden AS Kamala Harris. Adapula pejabat administrasi, termasuk Kepala Staf Biden Jeff Zients, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivab, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Lael Brainard, dan Sekretaris Perdagangan AS Gina Raimondo.
Dalam pertemuan tersebut, Biden meminta para petinggi perusahaan teknologi untuk memitigasi risiko AI saat ini, terhadap individu, masyarakat, dan keamanan sosial. Intinya, mereka wajib memastikan produk AI yang seperti ChatGPT aman sebelum digunakan.
Dikutip dari Reuters, pertemuan tersebut mencakup diskusi yang konstruktif tentang perlunya perusahaan lebih transparan dengan pembuat kebijakan tentang sistem AI mereka. Perbincangan juga membahas pentingnya mengevaluasi keamanan produk tersebut, dan kebutuhan untuk melindungi mereka dari serangan jahat.
Jutaan pengguna mulai menguji alat semacam ChatGPT, yang menurut para pendukungnya dapat membuat diagnosis medis, menulis skenario, membuat rangkuman hukum, men-debug perangkat lunak, dan masih banyak lagi. Teknologi ini dianggap dapat mengubah sifat pekerjaan manusia
Di sisi lain, kemampuan AI yang melampaui kemampuan manusia itu menyebabkan meningkatnya kekhawatiran tentang bagaimana teknologi dapat menyebabkan pelanggaran privasi, keputusan ketenagakerjaan yang menyimpang, penipuan serta informasi yang salah.
Menurut Kamala Harris, teknologi AI berpotensi meningkatkan kehidupan manusia, tapi dapat menimbulkan masalah keamanan, privasi, dan hak-hak sipil.
Kamala mengatakan kepada para bos perusahaan teknologi, bahwa mereka memiliki tanggung jawab hukum untuk memastikan keamanan produk AI mereka, dan pemerintah terbuka untuk memajukan peraturan dan undang-undang baru tentang AI.
Administrasi AS mengumumkan investasi US$ 140 juta atau sekitar Rp 2 triliun dari National Science Foundation untuk meluncurkan tujuh lembaga penelitian AI baru dan mengatakan bahwa Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih akan merilis panduan kebijakan tentang penggunaan AI oleh pemerintah federal.
Pengembang AI, termasuk Anthropic, Google, Hugging Face, NVIDIA, OpenAI, dan Stability AI, akan berpartisipasi dalam evaluasi publik terhadap sistem AI ini.