Beban Penjualan Membengkak, Laba Gudang Garam dan HM Sampoerna Anjlok

Image title
30 April 2021, 14:46
Laba bersih PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) kompak menyusut masing-masing 28,62% dan 22,13% pada kuartal I 2021, dipicu lonjakan beban penjualan.
ANTARA FOTO/Siswowidodo/hp.
Suasana pekerja di ruang produksi pabrik rokok PT Digjaya Mulia Abadi (DMA) mitra PT HM Sampoerna, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (16/6/2020).

Laba bersih dua emiten besar produsen rokok nasional, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), kompak menyusut masing-masing 28,62% dan 22,13% pada kuartal pertama 2021.  Melonjaknya beban penjualan jadi salah satu penyebab keuntungan perusahaan tergerus.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, HM Sampoerna mencatatkan laba bersih senilai Rp 2,58 triliun pada kuartal pertama 2021, atau merosot hingga 22,13% dibanding raihan pada kuartal I-2020 yakni, Rp 3,32 triliun.

Penjualan bersih HM Sampoerna tercatat turun tipis 0,55% menjadi Rp 23,55 triliun pada kuartal I 2021 dari raihan periode yang sama tahun lalu Rp 23,68 triliun.

"Penjualan rokok HM Sampoerna, mayoritas masih berasal dari jenis sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT)," ujar Sekretaris Perusahaan HM Sampoerna Bambang Priambodo yang tertulis dalam keterbukaan informasi, Jumat (30/4).

HM Sampoerna membukukan penjualan senilai Rp 15,68 triliun dari produk SKM di dalam negeri atau susut 5,17% dari Rp 16,53 triliun. Namun, penjualan dari segmen SKT Rp 5,32 triliun atau melonjak hingga 11,92% dari Rp 4,75 triliun.

Di tengah penyusutan penjualan bersih, perusahaan yang berbasis di Jawa Timur itu masih harus menanggung beban pokok penjualan yang malah naik 3,92% menjadi Rp 18,52 triliun. Komponen beban pokok paling besar disumbang oleh pembelian pita cukai yakni mencapai Rp 14,13 triliun, meski nilainya menyusut 3,91% dari Rp 14,7 triliun. 

Peningkatan beban pokok penjualan terjadi karena komponen persediaan barang jadi dan barang dagang awal melonjak signifikan hingga 72,05% menjadi Rp 6,27 triliun dari sebelumnya hanya Rp 3,64 triliun.

Beban penjualan Sampoerna juga naik 3,94% menjadi Rp 1,42 triliun dari sebelumnya Rp 1,36 triliun. Hal itu tentu menggerus profitabilitas HM Sampoerna. 

Dengan demikian, laba sebelum pajak penghasilan HM Sampoerna merosot 23,14% menjadi Rp 3,31 triliun dari Rp 4,3 triliun. Belum selesai, perusahaan masih harus menyisihkan beban pajak penghasilan senilai Rp 726,16 miliar atau turun 26,52% dari sebelumnya Rp 988,24 miliar.

Penjualan bersih HM Sampoerna yang turun dan beberapa pos beban yang meningkat pada tiga bulan pertama tahun ini membuat laba bersih perusahaan merosot signifikan. Tampaknya kondisi penurunan laba tersebut, juga terjadi pada pesaingnya yaitu Gudang Garam.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...