Strategi Sritex Bangkit, Tambah Lini Bisnis sampai PHK 1.500 Karyawan

Lavinda
Oleh Lavinda
2 Juni 2021, 11:13
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih dikenal dengan Sritex memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk menambah aktivitas usaha, yakni memproduksi alat pelindung diri (APD) dan masker kain.
Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Ilustrasi produksi masker kain.

PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih dikenal dengan Sritex memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk menambah aktivitas usaha. Dua di antaranya yakni memproduksi alat pelindung diri (APD) dan masker kain.

Persetujuan diperoleh dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). “Pemegang saham setuju (perusahaan menambah kegiatan usaha),” ujar Corporate Communication Sritex Joy Citradewi kepada Katadata.co.id, Rabu (2/6).

Direktur Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, dari aktivitas usaha baru ini perseroan diperkirakan memperoleh penjualan bersih Rp 208,8 miliar pada akhir 2021. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan Rp 162,8 miliar. Setelah dikurangi pajak dan beban lain, maka potensi laba yang akan dihasilkan sebesar Rp 30,49 miliar pada periode tahun ini.

Berdasarkan dokumen yang diterbitkan di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sritex berniat mengubah kegiatan usaha di bidang industri tekstil dan produk tekstil terpadu menjadi bidang industri dan perdagangan.

Melalui perubahan tersebut, Sritex dapat menambah aktivitas usaha di industri peralatan untuk pelindung keselamatan dan perdagangan besar alat laboratorium, farmasi, dan kedokteran, yaitu memproduksi pakaian APD dan masker kain.

Berdasarkan laporan studi kelayakan, pemulihan ekonomi global diperkirakan akan berjalan pada 2020, seiring program vaksinasi Covid 19 di banyak negara. Ekspor alat kesehatan dianggap berpotensi besar membantu pemulihan industri tekstil dan pakaian jadi yang terpuruk selama pandemi Covid 19.

Namun potensi ini belum mampu dioptimalkan Kementerian Perindustrian, mengingat pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi -8,8% secara tahunan pada 2020. Dalam laporan disebutkan, penyebab kontraksi salah satunya adalah permintaan yang menurun akibat perubahan pola konsumsi masyarakat.

Meski demikian, industri tekstil dan pakaian jadi dianggap masih berpeluang bangkit, salah satunya dengan memanfaatkan ekspor alat kesehatan, seperti APD dan masker. Potensi dari ekspor lantaran kapasitas produksi nasional lebih besar dari kebutuhan dalam negeri.

Ke depan, Sritex berencana menerapkan strategi penjualan via daring (online) dan platform perdagangan elektronik (e-commerce) lain.

Dalam keterangan tertulis, Iwan mengatakan akan menjaga kualitas produk agar mampu bersaing dengan perusahaan lain yang juga memiliki bahan baku dalam negeri dan mencapai standar internasional. Beberapa di antaranya, PT Pan Brothers Tbk, PT Surya Usaha Mandiri, PT Leading Garment Industries serta PT Asia Pasific Fibers Tbk.

Menurut pola bisnis, Sritex akan menyalurkan APD secara langsung melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kesehatan, dan instansi pemerintah. Sedangkan untuk rumah sakit, perusahaan swasta, dan ekspor akan melalui distribusi langsung dan tidak langsung.

Berdasarkan kajian teknis, Sritex memiliki mesin, peralatan, dan sumber daya manusia (SDM) untuk memproduksi APD. Perusahaan berencana memproduksi dua jenis APD yang memenuhi standar Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI) level 3 dan 4.

Berdasarkan kajian kelayakan model manajemen, perusahaan akan merekrut karyawan yang berpengalaman dalam bidang tekstil dan produk tekstil, khususnya teknologi tekstil, keuangan, dan pemasaran. Strategi ini justru dilakukan setelah perusahaan memangkas 1.577 karyawan sepanjang 2020. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...