Saham Garuda Anjlok 40%, Chairul Tanjung Diklaim Rugi Rp 11 T

Image title
7 Juni 2021, 15:19
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah menjadi sorotan karena jeratan utang dan ancaman likuidasi di tubuh perusahaan.
Arief Kamaludin|KATADATA
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah menjadi sorotan karena jeratan utang dan ancaman likuidasi di tubuh perusahaan. Hal tersebut berpengaruh pada harga saham emiten berkode GIAA itu anjlok hingga 40,3% sejak awal 2021.

Berdasarkan data Indopremier, harga saham maskapai penerbangan milik negara itu tercatat Rp 440 pada awal tahun ini, kemudian merosot hingga ke level Rp 240 per 7 Juni 2021.

Advertisement

Harga saham Garuda saat ini merupakan yang terendah sejak 4 November 2020, ketika harga berada pada level Rp 238. Sejak pandemi Covid-19 melumpuhkan bisnis maskapai di seluruh dunia pada awal 2020, harga saham Garuda bahkan pernah tercatat lebih rendah lagi.

Pada penutupan perdagangan 23 dan 24 Maret 2020, saham Garuda pernah ditutup di level Rp 150 per saham. Harga tersebut merupakan yang terendah, bahkan sejak Garuda melantai di Bursa Efek Indonesia pada 11 Februari 2011. Saat itu harga penawaran tercatat Rp 750 per saham.

Naik-turunnya harga saham Garuda membuat Senior Vice President Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial tidak pernah memasukkannya sebagai rekomendasi, hanya netral. Menurutnya, Garuda tidak bisa dilihat sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang andalan untuk meraup untung secara konsisten.

Dia mengatakan, bisnis Garuda memang bukan untuk tumbuh secara menguntungkan setiap tahun, melainkan sebagai maskapai unggulan negara. Bisnis Garuda harus disubsidi pemerintah walau apapun kondisi bisnisnya, karena ini merupakan bagian dari industri carrier yang membawa nama negara.

"It is a business, yang emphasis on a country flagship rather than growing profitably every year (ini bisnis yang mengutamakan kebanggaan negara dibanding pertumbuhan keuntungan setiap tahun)," kata jason kepada Katadata.co.id, Senin (7/6).

Melihat kondisi Garuda saat ini, menurut dia, sangat berat untuk mencari sentimen positif pada saham Garuda. Maskapai pemerintah tersebut perlu melakukan banyak restrukturisasi, seperti restrukturisasi rute luar negeri dan domestik ataupun restrukturisasi neraca keuangan karena utang sewa pesawat.

Faktor lain yang memberatkan bisnis Garuda adalah tahap pembukaaan aktivitas ekonomi Indonesia diprediksi masih lama. Pembukaan kegiatan ekonomi Indonesia sangat tergantung kepada kesuksesan program vaksinasi.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement