Rupiah Diprediksi Menguat, Terdongkrak Sentimen Data Konsumen
Nilai tukar rupiah diprediksi akan menguat ke kisaran Rp 14.230 hari ini, dengan potensi pelemahan ke kisaran Rp 14.280 per dolar AS. Hal itu dipicu data survei tingkat keyakinan konsumen nasional dan indeks harga konsumen di Amerika Serikat (AS).
Pada pembukaan pasar spot hari ini, rupiah bergerak stagnan di level Rp 14.265 per dolar AS Namun, mata uang Garuda melanjutkan penguatannya ke level Rp 14.252 per dolar AS setelah sesi pembukaan, lantaran suku bunga atau yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun menurun.
Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia terpantau menguat hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, yen Jepang naik 0,06%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,05%, yuan Tiongkok 0,06%, ringgit Malaysia 0,07%, dan baht Thailand 0,14%. Sementara itu, pelemahan terjadi pada dolar Taiwan sebanyak 0,02%, won Korea Selatan 0,11%, peso Filipina 0,04%, dan rupee India 0,11%.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, saat ini yield surat utang Pemerintah AS tertekan di kisaran 1,53%, setelah pada perdagangan sebelumnya di level 1,57%.
"Kelihatannya pelaku pasar masih mengesampingkan kekhawatiran terhadap kenaikan inflasi di AS yang bisa mengubah kebijakan moneter menjadi lebih ketat," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (9/6).
Menurut dia, pasar menantikan data indikator inflasi AS, yakni indeks harga konsumen yang akan dirilis Kamis (10/8) malam. Hasil data yang menunjukkan kenaikan inflasi berpotensi kembali mendorong kenaikan yield AS.