Laju Bank Digital di Tengah Mobilitas Tinggi Generasi Milenial
Pesatnya perkembangan teknologi membuat aktivitas di seluruh dunia tak terlepas dari sistem digital. Banyak industri harus bertransformasi agar mampu bertahan mengikuti perubahan era ini, perbankan tak luput dari salah satunya dengan membentuk bank digital. Peluang ini diminati karena masyarakat Indonesia memiliki potensi pasar besar pada generasi yang melek teknologi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, potensi bank digital lahir berkat bonus demografi penduduk Indonesia yang didominasi oleh generasi muda. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan, 27,94% dari total penduduk Indonesia merupakan generasi Z (kelahiran 2013 hingga seterusnya), lalu diikuti sebanyak 25,87% merupakan generasi Y atau dikenal dengan milenial (kelahiran 1981 hingga 1996).
Salah satu generasi milenial, Ilene, mengaku menggunakan jasa layanan digital bank untuk kebutuhan pekerjaan karena dirinya memiliki usaha. Wanita berusia 35 tahun tersebut mengatakan, penggunaan layanan digital perbankan, seperti mobile banking, memudahkannya dalam melakukan pekerjaannya karena beberapa fitur yang disediakan oleh bank.
“Selain fitur dan cara penggunaannya lebih mudah, lebih menghemat waktu saya untuk bertransaksi perihal mobilitas atau operasional kantor serta gaji karyawan,” kata Ilene kepada Katadata.co.id.
Tidak hanya kebutuhan dalam berbisnis, Ilene juga menggunakan layanan digital perbankan untuk kebutuhan belanja dam online shop. Salah satu fitur yang menurutnya memudahkannya adalah virtual account yang sudah disediakan oleh e-commerce. “Lebih mudah, aman dan nyaman,” katanya.
Pengguna jasa layanan digital perbankan lainnya, Pras, mengaku memanfaatkan banyak fitur yang ada di aplikasi digital perbankan. Tidak sebatas pada transfer dan pengecekan saldo saja, Pras memanfaatkan fitur untuk melakukan pembayaran menggunakan virtual accounts, mengisi pulsa telepon, mengisi token listrik, atau membayar tagihan-tagihan menggunakan aplikasi perbankan digital.
Pras pun melakukan investasi dengan menaruh tabungannya pada deposito di beberapa bank yang memiliki aplikasi. Pras mau repot-repot melakukan strategi penempatan dana di beberapa bank, karena untuk membuka rekening saat ini tidak perlu datang ke kantor cabang dan dilakukan secara virtual.
“Saya coba memanfaatkan layanan bank digital semaksimal mungkin karena aksesnya mudah dan aman. Buka rekening di bank digital sekarang bisa lewat handphone,” kata pria berusia 29 tahun tersebut ketika dihubungi Katadata.co.id.
Sementara, Rini, wanita berusia 54 tahun ini tidak banyak memanfaatkan layanan digital yang disediakan bank. Ia hanya memanfaatkan layanan digital untuk transfer dana berjumlah kecil dan melakukan pengecekan saldo rekening. Setidaknya, ada beberapa alasan yang membuat Rini tidak memanfaatkan layanan digital perbankan secara maksimal.
Alasan pertamanya terkait dengan keamanan sistem digital bank, dimana Rini masih lebih nyaman untuk melakukan transaksi di kantor cabang. Pasalnya, ada pihak yang lebih bertanggung jawab bisa membantu dirinya melakukan kegiatan transaksi di bank dan lebih percaya pada interaksi secara langsung.
Alasan lainnya, karena Rini tidak bisa memanfaatkan secara maksimal sistem pembayaran yang disediakan bank digital di tempatnya tinggal saat ini, Kediri, Jawa Timur. Sehingga hanya memanfaatkan layanan digital untuk melakukan transfer. “Di Kediri (Jawa Timur), lebih sering bayar pakai uang tunai. Jarang bayar pakai aplikasi-aplikasi begitu,” kata Rini.
Berdasarkan data OJK, per April 2020, belum banyak masyarakat yang menggunakan layanan perbankan digital untuk bertransaksi tanpa kartu (cardless), persentasenya hanya 15%. Masyarakat, paling banyak menggunakan layanan digital pada bank untuk melakukan pengisian dompet elektronik, persentasenya mencapai 81%. Lalu, 78% masyarakat menggunakan layanan digital bank untuk melakukan transfer uang.
Salah satu bank yang sudah mengajukan izin sebagai bank digital ke OJK, PT Bank Neo Commerce Tbk, mengaku menargetkan generasi muda sebagai pangsa pasarnya. Segmen generasi Y dan generasi Z, dinilai sebagai generasi tech-savvy yang membutuhkan platform digital untuk kemudahan hidup mereka.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan, pengalaman yang ingin diwujudkan kepada generasi muda adalah pengalaman perbankan yang otentik berbasis digital. “Yang mudah dan nyaman digunakan dengan tetap mengedepankan faktor keamanan dan kerahasiaan data nasabahnya,” kata Tjandra kepada Katadata.co.id.
Sementara itu, PT Bank Jago Tbk mengaku segmen yang menjadi target utamanya adalah segmen masyarakat berpenghasilan menengah (middle income) dan pasar umum (mass-market). Bank ini bakal melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan ritel, baik secara konvensional maupun syariah.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan, sumber pendanaan, transaksi, dan juga pemberian kredit, berasal dari kolaborasi dengan ekosistem yang akan dimasuki bank tersebut. “Kami adalah tech base bank yang kolaborasi dengan ekosistem seperti yang digital base. Ini tidak hanya untuk funding dan transaksi, tapi juga untuk lending-nya," kata Kharim.