Kenaikan Harga Saham Farmasi Diprediksi Hanya Jangka Pendek

Harga saham sektor farmasi mengalami kenaikan signifikan dalam dua hari terakhir. Saham ini pernah menjadi primadona saat pandemi Covid-19, meski akhirnya kembali merosot.
Pada penutupan perdagangan Selasa (22/6), harga saham farmasi tercatat mengalami kenaikan tinggi di awal perdagangan. Namun, ditutup dengan kenaikan terbatas.
Saham PT Indofarma Tbk (INAF) pada perdagangan Rabu (23/6) dibuka naik Rp 2.790 dari level penutupan hari sebelumnya. Pada perdagangan kemarin, saham INAF bahkan sempat naik hingga 24% menyentuh harga Rp 3.200, meski akhirnya ditutup menguat 7,36% menjadi Rp 2.770.
Saham lainnya yang naik adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Pada perdagangan selasa (22/6), harga saham KAEF sempat naik 19,93% menyentuh Rp 3.490, meski harus ditutup naik 4,47% di harga Rp 3.040. Sebelumnya, pada perdagangan Senin (21/6), harganya ditutup naik 24,89% menjadi Rp 2.910.
Harga saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) pada perdagangan Selasa (22/6), sempat naik 2,36% sebelum ditutup turun hingga 4,05% di harga Rp 1.420. Sebelumnya, saham ditutup naik hingga 8,82% menjadi Rp 1.480.
Saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) juga sempat naik 4,17% menjadi Rp 1.250 pada awal perdagangan Selasa (22/6). Namun, harganya langsung anjlok dan ditutup turun 6,67% menjadi Rp 1.120. PYFA juga mengalami kenaikan hingga 25% menjadi Rp 1.200 pada perdagangan Senin (21/6).
Saham PT Phapros Tbk (PEHA) juga sempat mengalami kenaikan hingga 24,65% menjadi Rp 1.415 per saham pada Senin. Pada hari berikutnya, harganya sempat naik 9,54% menjadi Rp 1.550. Namun, harganya langsung anjlok dan harus ditutup pada harga Rp 1.320 atau turun 6,71%.
Produsen alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), juga mengalami kenaikan harga saham hingga 20,8% ke level Rp 2.120, namun ditutup naik hanya 0,28% menjadi Rp 1.760 pada Selasa (22/6). Sehari sebelumnya, harga saham naik hingga 24,91% menjadi Rp 1.755.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan kenaikan harga saham sektor farmasi dan alat kesehatan ada hubungannya dengan dorongan pemerintah soal produksi alat kesehatan dari dalam negeri dan kedatangan pasokan vaksin tambahan.
"Tentu menjadi katalis positif," kata Nico kepada Katadata.co.id, Rabu (23/6).
Meski begitu, Nico mengingatkan pelaku pasar, kenaikan signifikan saham-saham farmasi ini sifatnya hanya jangka pendek. Sedangkan, untuk jangka menengah dan panjang, harganya berpotensi kembali turun.
"Tetap saja ketika vaksin usai, pasti harganya akan balik lagi seperti semula. Ini cuma sementara, cuma angin saja," kata Nico.