Anjlok 6,7%, Saham Bukalapak Berpotensi Terjun ke Bawah Harga IPO

Image title
12 Agustus 2021, 14:26
Bukalapak, Saham Bukalapak, IPO Bukalapak
Bukalapak
Bukalapak

Harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kembali terjun bebas 6,76% menyentuh harga Rp 965 per saham pada Kamis (12/8) hingga sesi pertama. Bukalapak baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada Jumat (6/8).

Bukalapak IPO dengan menerbitkan 25,76 miliar saham baru atau setara 25% dengan harga Rp 850 per saham. Pada hari pertama perdagangan di pasar modal, saham Bukalapak langsung melejit 24,71% menjadi Rp 1.060 per saham.

Pada Senin (9/8) atau hari kedua perdagangan di Bursa, saham Bukalapak sempat kembali meroket hingga 25% menjadi Rp 1.325 per saham. Sayangnya, pada sesi kedua perdagangan hari tersebut, harga sahamnya turun sehingga ditutup menguat hanya 4,72% dari hari sebelumnya menjadi Rp 1.110 per saham.

Pada keesokan harinya, saham Bukalapak langsung dibuka di zona merah. Hingga penutupan perdagangan Selasa (10/8), harga sahamnya turun hingga 6,76% menjadi Rp 1.035 per saham.

Tren penurunan harga saham unicorn pertama yang melantai di Bursa Tanah Air ini berpotensi kembali turun pada perdagangan berikutnya. Bahkan, diprediksi berada di bawah harga IPO yaitu Rp 850 per saham.

"Saat ini kami melihat BUKA masih ada kecenderungan turun mendekati harga IPO, atau bahkan dapat di bawahnya," kata analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama kepada Katadata.co.id, Kamis (12/8).

Pilarmas melihat investor cukup memandang saham Bukalapak dengan ekspektasi yang sangat tinggi. Namun jika melihat dari operasional bisnis, perusahaan masih membutuhkan waktu untuk mencetak laba.

"Sehingga apresiasi terhadap harga saham yang terjadi kemarin lebih dalam arbitrase jangka pendek," kata Okie.

Ia pun mengembalikan keputusan membeli saham Bukalapak kepada persepsi masing-masing investor. Pada prinsipnya, bertransaksi saham memang ditujukan untuk investasi jangka panjang.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, saham dengan nilai emisi IPO besar, memang akan sulit untuk menjaga agar harga sahamnya tetap menguat di tengah banyak kepentingan dan beda pandangan investor terkait entry jualnya.

Ketika investor yang terbilang besar melakukan ambil untuk (profit taking), sedangkan yang membelinya hanya ritel yang jumlahnya sedikit, bisa terjadi adanya panic selling.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...