Merger Pelindo Hasilkan Aset Rp 112 Triliun, Fokus pada 4 Lini Bisnis

Image title
1 September 2021, 17:08
Pelindo, BUMN
ANTARA FOTO/Jojon/hp.
Satu unit kapal pemuat kontainer melakukan aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Indonesia IV (Persero) di Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (16/5/2021).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengumumkan rancangan peleburan (merger) usaha empat pelabuhan milik negara menjadi satu di bawah bendera PT Pelabuhan Indonesia (Persero). Total aset penggabungan Pelindo I, II, III, dan IV ini ditaksir mencapai Rp 112 triliun dengan pendapatan Rp 28,6 triliun.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, dengan adanya merger ini membuat skala Pelindo menjadi perusahaan pelabuhan taraf global. Pasalnya, salah satu tujuan penggabungan ini untuk meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang kepelabuhanan.

“Penggabungan ini dilakukan dalam rangka mewujudkan industri kepelabuhanan nasional yang lebih kuat, dan meningkatkan konektivitas maritim di seluruh Indonesia," kata Tiko, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers Rancangan Penggabungan Pelindo yang berlangsung secara daring, Rabu (1/9).

Dalam rancangan penggabungan, Pelindo II akan menjadi perusahaan penerima penggabungan. Sedangkan Pelindo I, Pelindo III, dan Pelindo IV akan bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.

Proses integrasi Pelindo rencananya akan terlaksana 1 Oktober 2021 dengan ditandai terbitnya legal merger. Sementara, Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan BUMN Pelabuhan ini masih dalam proses penerbitan. Kemudian selanjutnya akan berlaku efektif setelah penandatanganan Akta Penggabungan.

Tiko menjelaskan, setelah digabungkan, Pelindo akan membangun 4 perusahaan baru untuk menjadi subholding. Fungsinya untuk mengelola lini bisnis sehingga dapat fokus untuk mengembangkan potensi bisnis ke depan. Hal ini berbeda dengan konsep Pelindo I sampai IV yang mengelola berdasarkan wilayah.

"Paling utama adalah subholding peti kemas. Ini secara skala akan menjadi salah satu pemain di level global," kata Tiko. Integrasi ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs.

Subholding kedua adalah non-peti kemas, dimana mengepalai pelabuhan-pelabuhan Pelindo yang melayani kegiatan seperti curah cair, angkutan logistik, dan lainnya. Tiko ingin, pelabuhan-pelabuhan non-peti kemas ini memiliki fokus tersendiri sehingga mampu bersaing dengan pelabuhan khusus lainnya milik Pertamina atau Perusahaan Listrik Negara (PLN) contohnya.

Subholding berikutnya yang dibentuk adalah yang fokus pada bidang logistik terkait integrasi jasa kepelabuhan dengan jasa multimoda. Dengan terbentuknya ekosistem dan bisa menjadi lebih efisien, diharapkan biaya logistik nasional bisa menjadi turun. Pasalnya, beban biaya logistik tidak hanya berasal dari jasa kepelabuhan, tapi moda transportasi lain juga.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...