Jual Alat Deteksi Covid-19 RT-PCR, Bio Farma Kantongi Rp 283 Miliar

Lavinda
Oleh Lavinda
27 September 2021, 14:11
Bio Farma, PCR, Covid-19
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
Tenaga kesehatan puskesmas Kecamatan Menteng melakukan tes usap antigen dan PCR gratis kepada petugas PPSU dalam pelaksaan Program Seruling di RPTRA Amir Hamzah, Menteng, Jakarta, Selasa (7/9/2021). Program yang dinamakan Seruling (Swab Seru Keliling) itu dilaksanakan setiap Selasa, Kamis, dan Jumat di lokasi yang berbeda-beda yang bertujuan untuk memutus penularan COVID-19 dari orang tanpa gejala. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.

Pandemi Covid-19 membawa berkah tersembunyi bagi perusahaan farmasi pelat merah. Terbukti, PT Bio Farma (Persero) mencatatkan penjualan alat deteksi Covid-19, Rapid Test polymerase chain reaction (RT-PCR), sebesar Rp 283 miliar sepanjang semester I 2021. 

Berdasarkan keterangan perusahaan, pendapatan sektor swasta tercatat mencapai Rp 431 miliar atau 105% dari target yang dianggarkan sebesar Rp 411 miliar.

"Sebanyak 68,865 dari total penjualan dalam negeri sektor swasta diperoleh dari penjualan RT-PCR dengan nama M-BioCov," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam keterangan tertulis, Senin (27/9).

Induk Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi itu menciptakan inovasi produk kit diagnostik untuk mendeteksi virus Covid-19 berupa RT-PCR yang diluncurkan pada semester I 2020.

Inovasi dilakukan melalui hasil kolaborasi bersama perusahaan rintisan (start up) yang sudah memenuhi standar emas (gold standard) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Alat ini diciptakan guna menangani pandemi Covid-19.

Selain merilis RT-PCR Kit, Bio Farma juga meluncurkan inovasi terbaru yaitu, Bio Saliva. Produk ini merupakan alat uji untuk mendeteksi Covid-19 dengan metode kumur.

Bio Saliva merupakan pelengkap dari produk M-BioCov. PCR kumur ini memiliki sensitifitas 95%, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif selain gold standar SWAB Nasofaring-Orofaring menggunakan PCR Kit.

Holding BUMN Farmasi dibentuk pada 31 Januari 2020, atau sekitar dua bulan sebelum pandemi Covid-19. Selain Bio Farma sebagai induk, holding juga beranggotakan PT Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk.

Penggabungan tiga perusahaan pelat merah ini menjadikannya perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, dengan 13 pabrik, 78 jaringan distribusi, dan 1.300 jaringan apotek serta 560 laboratorium klinik di Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...