Harga Saham Grab Anjlok, Prospek Keuangan Diproyeksi Masih Positif
Harga saham Grab Holding Limited diperdagangkan di level US$ 7,12 pada penutupan bursa per 10 Desember 2021. Nilai ini merosot hingga 45,44% dari harga pembukaan di hari perdana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Nasdaq, Amerika Serikat (AS) senilai US$ 13,05.
Berdasarkan data Nasdaq, kapitalisasi pasar emiten berkode GRAB saat ini mencapai US$ 26,36 miliar atau sekitar Rp 378,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.365/US$). Sebelumnya, kapitalisasi pasar perusahaan ride-hailing ini tercatat mencapai US$ 39,6 miliar total dana segar yang terkumpul dalam IPO GRAB mencapai US$ 4,5 miliar dengan valuasi pasar mencapai US$ 39,6 miliar atau Rp 568,8 triliun.
Pada perdagangan pre-market hingga 6.04 waktu AS, harga saham GRAB naik 0,42% menjadi US$ 7,15 per saham. Sementara itu, rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) GRAB saat ini ada di titik minus 10,2 kali. Jauh lebih rendah dari posisi industri transportasi AS di level 17,4 kali maupun market di titik 17,2 kali.
Berdasarkan laporan keuangan GRAB, pendapatan per kuartal III-2021 susut 9% menjadi US$ 157 juta dari realisasi Juli-September 2020 senilai US$ 172 juta. Adapun, kerugian sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) perseroan jatuh lebih dalam sebesar 66% secara tahunan menjadi US$ 212 juta.
Berdasarkan riset SimplyWall.St, harga saham GRAB saat ini termasuk berada di bawah nilainya atau undervalue. Adapun, harga wajar emiten itu saat ini ada di kisaran US$ 10,91 per saham.
Hingga 31 Desember 2021, pendapatan GRAB diproyeksikan mencapai US$ 1,2 miliar dengan tingkat kerugian sebanyak US$ 2,95 miliar. Performa GRAB dicanangkan akan membaik pada akhir 2023 dengan pendapatan menjadi US$ 2,5 miliar, namun masih merugi sebanyak US$ 648 juta.
Namun demikian, hasil riset memprediksi pendapatan GRAB akan tumbuh sebesar 32,9% per tahun. Ramalan itu lebih tinggi dari rerata pertumbuhan pendapatan di AS sebesar 10% per tahun.
Menurut catatan penelitian Standard and Poor's (S&P), EBITDA Grab akan tetap negatif secara material hingga 2022. Kendati demikian, pendapatan bersih Grab berpotensi meningkat 18% secara majemuk setiap tahun selama 2020 hingga 2023. Hal ini didorong oleh meningkatnya jumlah pengguna aktif, normalisasi ekonomi regional dari Covid-19, dan kesadaran yang lebih besar akan nilai merek Grab.
S&P memperkirakan skala perusahaan akan berkembang, sehingga muncul kesadaran pengguna untuk mentransfer sebagian dari biaya retensi pelanggan ke pedagang. Pasalnya, platform online berpotensi mendorong mode pemasaran dan iklan menjadi lebih besar.
Dengan demikian, biaya operasional Grab diperkirakan menurun sekitar 25% di tahun-tahun mendatang. Pada akhirnya, hal itu akan menghasilkan perputaran EBITDA pada 2023.
"Pandemi telah mempercepat tren ini, para pedagang tertarik bergabung dengan platform online karena lalu lintas offline melemah, ” demikian hasil riset tertulis S&P.
Sementara itu, Moody's Investors Service telah memberikan peringkat perusahaan di level (CFR) B3. Peringkat ini mencerminkan posisi terdepan Grab di pasar layanan transportasi online dan pesan-antar makanan utama di Asia Tenggara.
Lembaga pemeringkat global ini juga menyatakan prospek pertumbuhan jangka panjang Grab cukup baik, seiring komitmen perusahaan untuk menerapkan disiplin biaya, serta kepemilikan kas substansial yang cukup untuk mendanai kerugian operasional yang besar.
"Uang tunai terbakar setidaknya dalam dua hingga tiga tahun ke depan," kata analis Moody's Stephanie Cheong dalam hasil risetnya.