Indocement: Optimisme Kinerja 2021 dan Buy Back Saham Bernilai Jumbo

Andi M. Arief
24 Desember 2021, 15:29
Indocement
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi Indocement di pelabuhan Tanjung Priok,  Jakarta Utara (28/6).

PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk menargetkan volume penjualan semen dapat tumbuh lebih dari 3% hingga akhir 2021. Adapun, proyeksi pertumbuhan volume penjualan semen nasional di rentang 4% sampai 5%.

Sepanjang 2020, volume penjualan emiten industri semen berkode INTP ini susut 9,7% secara tahunan dari 18,95 juta ton menjadi 17,1 juta ton. Dengan kata lain, perseroan berharap volume penjualan akhir 2021 dapat lebih dari 17,62 juta ton. 

"Pencapaian (volume penjualan) kami sampai akhir November mencapai kurang lebih tumbuh 3%. Sampai dengan akhir tahun nanti semoga bisa meningkat," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos kepada Katadata, Kamis (23/12). 

Berdasarkan laporan keuangan INTP,  pendapatan bersih tercatat tumbuh 4,5% secara tahunan pada Januari-September 2021 menjadi Rp 10,6 triliun dari Rp 10,14 triliun. Sementara itu, laba bersih naik 8,2% menjadi Rp 1,2 triliun.

Marcos mengatakan fokus pasar perseroan pada tahun ini adalah dalam negeri. Namun demikian, menurutnya, volume penjualan ekspor INTP telah tumbuh dua kali lipat hingga akhir tahun.

Hingga kuartal III  2021, total volume ekspor INTP telah tumbuh 288% secara tahunan menjadi 333 ribu ton dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebanyak 86 ribu ton. Adapun, mayoritas produk yang dijual oleh INTP adalah semen setengah jadi atau klinker. 

Adapun, perseroan tercatat telah membukukan pertumbuhan volume penjualan hingga September 2021 sebesar 6,9% secara tahunan menjadi 13,03 juta ton. Artinya, INTP harus menjual semen lebih dari 1,53 juta ton agar mencapai target pertumbuhan  volume penjualan setidaknya 3% pada akhir 2021. 

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata penjualan semen di dalam negeri hingga November 2021 naik 4,7% secara tahunan menjadi 59,43 juta ton. Per November 2021, penjualan semen tercatat mencapai 5,94juta ton atau susut 2,1% secara tahunan. 

Penurunan konsumsi per November 2021 diduga disebabkan musibah banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Alhasil, penurunan konsumsi hampir terjadi di semua wilayah, kecuali Nusa Tenggara dan Kalimantan. 

"Melihat realisasi sampai November 2021, pertumbuhan konsumsi semen dalam negeri sekitar 4% sampai dengan 5% saja," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso. 

Widodo berharap kondisi banjir dan tanah longsor dapat berkurang pada akhir 2021. Hal itu dinilai penting agar konsumsi semen nasional dapat menigkat dengan tidak terhambatnya proses pembangunan properti dan proyek infrastruktur. 

Di sisi lain, Widodo mengatakan performa ekspor pada 2 bulan terakhir 2021 akan terkikis lantaran minimnya ketersediaan batu bara yang diikuti naiknya harga batu bara yang diterima industri semen. Per November 2021, volume ekspor semen pertama kalinya pada tahun ini susut sebesar 25% menjadi 505 ribu ton.

"Pemerintah sudah mengambil kebijaksanaan dalam aturan ekspor batu ara melalui domestic market obligation, namun kelihatannya belum ada kemajuan yang berarti," ucap Widodo.

Beli Kembali Saham Rp 3 Triliun

Perusahaan melakukan pembelian kembali atau buy back saham dengan nilai maksimal Rp 3 triliun. Seluruh pendanaan berasal dari internal kas perusahaan.

"Perantara perdagangan efek yang ditunjuk adalah PT Nikko Securitas Indonesia," demikian tertulis dalam pengumuman perusahaan.

Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.2/2013 dan Surat Edaran OJK No.3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar 7,5% dari modal disetor perusahaan.

Pembelian saham dilakukan secara bertahap untuk periode tiga bulan terhitung sejak 6 Desember 2021 sampai 4 Maret 2022.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...