Meski Raup Laba Rp2,6 T, BTPN Putuskan Tak Bagi Dividen Tahun Ini
PT Bank BTPN Tbk (BTPN) memutuskan untuk tidak membagikan dividen tahun buku 2021 kepada para pemegang saham. Hal ini disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perusahaan.
Padahal, perusahaan membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,66 triliun pada tahun lalu, atau tumbuh 52% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,75 triliun. Jumlah ini juga mencerminkan realisasi lebih tinggi 32% dari target perusahaan.
"Para pemegang saham menyetujui usulan perseroan untuk tidak membagikan dividen, dan menetapkan laba bersih 2021 setelah dikurangi penyisihan cadangan wajib sebagai laba ditahan," kata Direktur Kepatuhan Bank BTPN Dini Herdini dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (22/4).
Berdasarkan laporan keuangan, total kredit yang disalurkan Bank BTPN per akhir Desember 2021 tercatat sebesar Rp 135,60 triliun, dengan segmen korporasi, komersial, dan syariah membukukan pertumbuhan kredit sebesar 9%.
Untuk pendapatan bunga, BTPN mengalami penyusutan sebesar 18,52% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 10,07 triliun dari Rp 12,36 triliun pada Desember 2020. Sementara itu, beban bunga juga turun sebesar 39,20% menjadi Rp 3,21 triliun dari sebelumnya Rp 5,28 triliun. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih perseroan ikut menyusut 3,11% menjadi Rp 6,86 triliun.
Kemudian, Per 31 Desember 2021, perseroan mencatat kenaikan aset sebesar 5% dari Rp 183,17 triliun menjadi Rp 191,92 triliun, dengan rasio kecukupan modal mencapai 26,2%, rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) 187,3%, dan rasio pendanaan stabil bersih atau net stable funding ratio (NSFR) 126,6%.
Dini menjelaskan, ke depan, perseroan akan fokus untuk menumbuhkan penyaluran kredit dengan menerapkan selera risiko melalui bisnis rantai nilai (value chain).
Di samping itu, BTPN juga akan fokus untuk meningkatkan kemampuan Jenius sebagai platform, mengoptimalkan saluran distribusi, menambah kolaborasi lintas unit bisnis, dan melakukan kemitraan strategis dengan ekosistem pasar.
Strategi lainnya yakni, meningkatkan current account savings account (CASA) dan pendapatan dari biaya dan komisi, serta transaksi mata uang asing, dengan mengembangkan proposisi nilai pelanggan, kapabilitas, produk, dan layanan.
"Selain itu, perbaikan rasio biaya terhadap pendapatan, serta penguatan sumber daya manusia, manajemen risiko, kepatuhan dan tata kelola yang baik, juga menjadi prioritas kami tahun ini,” ujar Dini.
Dalam RUPST, para pemegang saham juga menyetujui pengangkatan kembali seluruh anggota direksi dan dewan komisaris dengan masa tugas yang akan berakhir pada RUPST tahun 2025, kecuali Ongki Wanadjati Dana yang telah memberikan pernyataan tidak bersedia meneruskan jabatannya sebagai direktur utama.
Dengan demikian, para pemegang saham setuju untuk mengangkat Ongki sebagai komisaris Bank BTPN, yang efektif sejak ditutupnya RUPST kemarin.
Sebelumnya, perseroan mengusulkan untuk mengangkat Adrianus Dani Prabawa menempati posisi tertinggi di manajemen, menggantikan Ongki. Namun, Dani, yang telah lulus uji kepatutan dan kelayakan Otoritasi Jasa Keuangan, meninggal dunia pada tanggal 25 Maret 2022.
Oleh karena itu, perseroan memutuskan untuk mengosongkan posisi direktur utama untuk sementara waktu, dan menunjuk Kaoru Furuya sebagai pelaksana tugas direktur utama sampai dengan pengangkatan direktur utama baru, secepat-cepatnya pada RUPS Luar Biasa tahun 2022 atau selambat-lambatnya pada RUPST tahun 2023.