Bos Indofood soal Harga Mi Instan Naik Tiga Kali Lipat: Berlebihan

Lavinda
Oleh Lavinda
11 Agustus 2022, 09:12
Indofood
KATADATA
franciscus welirang

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menggulirkan isu adanya potensi kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat dari harga saat ini. Penyebabnya, perang Rusia dan Ukraina menyebabkan komoditas gandum sebagai bahan baku utama mi instan sulit didapat, dan mempengaruhi industri makanan di Indonesia.

Menanggapi hal itu, Komisaris Utama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Franciscus Welirang menilai, isu kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat merupakan hal yang berlebihan. 

"Kalau dikatakan bisa naik tiga kali lipat, akal sehat juga mengatakan tidak akan mungkin. Tiga kali itu berlebihan lah," kata pria yang akrab disapa Franky ini kepada Katadata.co.id, Rabu (10/8).

Menurut pria yang juga menjabat sebagai Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) itu, bahan baku mi instan tidak semata-mata hanya mengandung tepung terigu yang berasal dari gandum. Terdapat komponen lain seperti, kemasan, plastik, minyak goreng, lada, garam, cabe, kecap, dan lainnya. Jadi, perhitungan tarif mi instan tidak hanya bergantung pada tepung terigu.

Di Indonesia, terdapat lebih dari 30 merek mi instan. Menurut dia, persaingan yang ketat tersebut seharusnya menahan peningkatan harga mi instan. Tak hanya itu, di Indonesia, komoditas tepung terigu digunakan oleh 28 jenis industri. Jikapun terjadi kenaikan, tak hanya akan berdampak pada mi instan, tetapi juga pada industri pengguna tepung terigu lain. 

Pada dasarnya, sambung dia, harga gandum sudah melonjak 68% pada 2021 karena faktor perubahan iklim gagal panen di Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Perang Rusia dan Ukraina hanya menjadi faktor tambahan saja. 

Berdasarkan data impor sejak 2004 sampai 2022, Indonesia sudah mengimpor gandum dari 30 negara. Hal ini menyebabkan pelaku industri memiliki pengalaman dalam hal manajemen risiko pemasokan atau supply risk management.

"Pelaku industri tidak menggantungkan diri hanya pada satu negara. bisa dengan mudah berubah sasaran importir," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, perang Rusia dan Ukraina tak menjadi faktor utama penghambat impor gandum. Pelaku industri bisa mengimpor dari negara lain.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...