Apa Dampak Anak Dikirim ke Barak Militer? Ini Sudut Pandang Psikologi

Anggi Mardiana
8 Mei 2025, 10:17
Dampak Anak Dikirim ke Barak Militer
Freepik.com
Dampak Anak Dikirim ke Barak Militer
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Apa dampak anak dikirim ke barak militer? Dosen Psikologi UGM, Novi Poespita Candra, menyatakan bahwa mengirim remaja bermasalah ke barak militer bisa berdampak negatif, seperti trauma akibat culture shock. Pendekatan militer yang behavioristik, berfokus pada hadiah dan hukuman, dinilai tidak membentuk kesadaran diri yang mendalam. 

Ia menekankan bahwa perubahan perilaku yang bertahan, justru dibangun melalui pendekatan humanistik yang melibatkan refleksi, dialog, dan empati. Novi menilai bahwa pendidikan yang hanya instruktif dan minim dialog, baik di sekolah maupun rumah, tidak mampu menyelesaikan akar masalah remaja, yang sering berkaitan dengan kurangnya kecerdasan emosional dan sosial. 

Dampak Anak Dikirim ke Barak Militer 

Apa itu Barak Militer
Dampak Anak Dikirim ke Barak Militer (Freepik.com)

 

Mengirim anak nakal ke barak militer, sebaiknya tetap mempertimbangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berikut dampak anak dikirim ke barak militer dari sudut pandang Psikologi:

1. Dampak Positif Anak Dikirim ke Barak Militer 

Menurut sejumlah penelitian psikologi, kebijakan mengirim remaja bermasalah ke barak militer dinilai memiliki dampak positif, seperti meningkatkan disiplin, tanggung jawab, dan arah hidup yang lebih terstruktur. Terutama karena mereka terlepas dari lingkungan negatif sebelumnya. 

Pola pendidikan di barak yang menggunakan pendekatan behavioristik dianggap mampu membentuk perilaku baru melalui sistem hadiah dan hukuman. Dosen Psikologi Klinis UIN Salatiga, Aufa Abdillah Hanif, menilai pendekatan ini efektif jika dilakukan secara terstruktur, dan humanistik. 

Ia menekankan bahwa pendidikan militer hanya bersifat sementara dan bukan solusi utama. Menurutnya, intervensi jangka panjang berbasis empati, konseling, dan dukungan keluarga lebih penting untuk membentuk karakter secara mendalam. Ia juga mengingatkan agar pendekatan militer tetap mengedepankan prinsip non-kekerasan dan fokus pada pengembangan jangka panjang, bukan sekadar penundukan perilaku sesaat.

2. Dampak Negatif Anak Dikirim ke Barak Militer dengan Pendekatan Tidak Humanis

  • Berisiko Membuat Anak Patuh karena Takut

Menurut Konselor Psikologi dari Biro Psikologi Tazkia UIN Salatiga, pendidikan di barak militer hanya membuat anak patuh karena takut, sehingga bukan bentuk kesadarannya sendiri. Terlebih apabila tidak menggunakan pendekatan humanis. Akibatnya perubahan perilaku hanya bertahan di lingkungan terkontrol, dan dapat kembali ke pola lama saat pulang ke lingkungan asal. 

Ia menegaskan bahwa pendekatan ini, tidak bisa menggantikan peran guru BK yang bersifat preventif dan rehabilitatif dengan pendekatan psikologis. Menurutnya, kebijakan ini muncul sebagai respons atas krisis dalam sistem pendidikan, khususnya lemahnya dukungan terhadap guru BK, sehingga pendidikan barak sebaiknya dilihat sebagai pelengkap yang tetap melibatkan tenaga profesional kesehatan mental.

  • Ancaman dan Gertakan Berdampak Pada Psikologis Anak

Psikolog anak Gisella Tani Pratiwi menyoroti bahwa penggunaan ancaman dan gertakan dalam pendidikan atau pengasuhan anak termasuk dalam bentuk kekerasan verbal, yang berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak. Ia menegaskan bahwa pendekatan seperti ini hanya menimbulkan rasa tidak aman, perasaan terancam, dan pandangan negatif terhadap diri sendiri. 

Anak juga tidak akan memahami alasan di balik larangan yang diberikan, sehingga gagal membangun motivasi internal dan perkembangan emosional yang sehat. Gisella menambahkan bahwa pola asuh berbasis ancaman justru membatasi kemampuan anak untuk berkembang secara utuh dan berisiko menimbulkan kecemasan serta ketidakpercayaan terhadap lingkungan dan figur otoritas. 

Pernyataan ini muncul, sebagai tanggapan terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Ia akan mengirim anak-anak nakal ke kompleks militer dan kepolisian untuk menjalani pembinaan bergaya militer selama enam bulan hingga satu tahun, sebelum dikembalikan ke orang tuanya.

Pro Kontra Kirim Anak ke Barak Militer

Koordinator JPPI, Ubaid Matraji, menilai mengirim anak nakal ke barak militer  berbahaya karena berpotensi menimbulkan trauma militerisme yang pernah terjadi di masa lalu. Ia menilai pendekatan militer tidak sesuai dengan prinsip pendidikan yang seharusnya membangun rasa aman, bersifat humanis, dan memberdayakan anak. 

Ubaid juga mengkritik kecenderungan melibatkan militer dalam berbagai persoalan sipil, termasuk pendidikan, yang menurutnya tidak relevan. Sejalan dengan itu, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional sudah memiliki mekanisme penanganan anak bermasalah melalui guru bimbingan konseling (BK) yang tersebar di setiap sekolah. 

Menurut Atip, solusi yang ditawarkan Gubernur Dedi kurang tepat karena pendidikan seharusnya menggunakan pendekatan edukatif, bukan represif. Ia menegaskan bahwa peran militer memang penting dalam konteks tertentu, namun tidak cocok diterapkan dalam ranah pendidikan yang menuntut pendekatan pembinaan, bukan penertiban.

Dampak anak dikirim ke barak militer bergantung pada pelaksanaan dan pendekatan yang digunakan. Para psikolog menilai sebaiknya anak-anak yang dibawa ke barak militer, mendapatkan pendidikan dengan pendekatan yang humanis, bukan hanya militeristik.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan