3 Amalan Nuzulul Quran yang Menginspirasi dan Mudah Dilakukan
Malam Nuzulul Quran, yang jatuh setiap tanggal 17 Ramadhan, dipandang sebagai momen istimewa bagi umat Islam. Pada malam ini, diyakini bahwa Al-Quran pertama kali diturunkan.
Seperti hari-hari besar Islam lainnya, seperti Isra' Mi'raj dan Maulid Nabi, malam Nuzulul Quran diperingati dengan upacara keagamaan di masjid atau mushala. Ceramah juga kerap diadakan pada malam Nuzulul Quran.
Waktu peringatan Nuzulul Quran bisa bervariasi, di mana beberapa tempat mengadakannya di sela-sela shalat Isya dan tarawih, sementara yang lain menunggu hingga setelah shalat tarawih. Selama malam Nuzulul Quran, umat Islam dianjurkan untuk menghabiskan waktu dengan ibadah dan doa.
Amalan Nuzulul Quran
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, malam nuzulul quran adalah malam yang mulia di bulan Ramadhan. Berikut ini amalan nuzulul quran yang dapat dilaksanakan.
1. Memperbanyak Membaca Al Quran
Selama bulan Ramadhan, banyak umat Muslim menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Quran. Bahkan, beberapa orang menetapkan target untuk menyelesaikan satu juz setiap harinya, yang dikenal sebagai "one day one juz". Sehingga, pada akhir bulan Ramadhan mereka berhasil menyelesaikan bacaan dari seluruh 30 juz Al-Quran.
Bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan yang mulia, di mana pahala setiap amal ibadah dikalikan sesuai dengan kehendak Allah. Bulan ini juga merupakan waktu turunnya Al-Quran, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini:
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
Artinya: Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana Al Quran pertama kali diturunkan sebagai pedoman bagi manusia, menjelaskan petunjuk-petunjuknya dan membedakan antara yang benar dan yang salah. (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Selama hidupnya, Rasulullah saw meneladani banyak kegiatan membaca Al-Quran, terutama di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, disebutkan bahwa Rasulullah saw rutin melakukan tadarus Al-Quran bersama malaikat Jibril di setiap malam bulan Ramadhan.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: Ibnu Abbas menyatakan bahwa Rasulullah saw adalah sosok yang paling lembut, terutama saat bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril datang kepadanya. Setiap malam di bulan Ramadhan, Jibril mengajarinya Al-Quran. Rasulullah saw memiliki kelembutan yang melebihi embusan angin. (HR Bukhari).
2. Memperbanyak itikaf di Masjid
Itikaf berasal dari kata ‘akafa–ya’kifu–ukufan, yang jika dikaitkan dengan kalimat “an al-amr” berarti mencegah, dan jika dikaitkan dengan kata "'ala" menjadi "akafa ‘ala al-amr" artinya menetapi. Secara terminologi, itikaf adalah tetap diam di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah, dzikir, bertasbih, dan kegiatan terpuji lainnya serta menjauhi perbuatan tercela.
Rukun dari salah satu amalam nuzulul quran ini terdiri dari: (1) Niat itikaf, baik itu itikaf sunnah atau itikaf nadzar. Jika seseorang bernadzar untuk melakukan itikaf, maka wajib bagi mereka untuk melaksanakan nadzar tersebut dan niatnya adalah itikaf untuk menunaikan nadzar. (2) Berdiam diri di dalam masjid, baik untuk sementara waktu atau dalam jangka waktu yang lebih lama sesuai dengan keinginan mu’takif. itikaf bisa dilakukan baik pada malam hari maupun siang hari.
Syarat itikaf yang pertama, adalah beragama Islam. Karena itikaf tidak sah dilakukan oleh non-muslim. Kemudian, berakal, sebab orang yang tidak berakal tidak sah melakukan itikaf. Terakhir, suci dari hadats besar.
Meskipun itikaf adalah amalan sunnah yang dapat dilakukan kapan saja, itikaf di bulan Ramadhan lebih dianjurkan karena memiliki banyak keistimewaan. Adapun niat beritikaf harus disertakan:
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ للهِ تَعَالَى
Artinya: Aku berniat itikaf di masjid karena Allah.
Itikaf di masjid dapat batal karena dua hal, yakni bercampur dengan istri dan meninggalkan masjid tanpa alasan atau hambatan yang diizinkan oleh syariat. Namun, jika meninggalkan masjid karena keperluan yang dibenarkan, seperti kebutuhan hajat atau keperluan serupa lainnya, itu tidak akan membatalkan itikaf.
Meninggalkan masjid juga diizinkan untuk mengantar keluarga pulang atau mengambil makanan di luar masjid jika tidak ada yang membantu. Aisyah r.a. telah meriwayatkan:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اعْتَكَفَ يُدْنِي إِلَيَّ رَأْسَهُ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ
Aisyah r.a. menceritakan, "Ketika Nabi s.a.w. melakukan itikaf, beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, lalu aku menyisir rambutnya, dan beliau tidak meninggalkan masjid kecuali untuk keperluan hajat manusia (seperti buang air besar atau kecil)." (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1889 dan Muslim: 445).
3. Melaksanakan Sholat Malam dan Berdoa Kepada Allah SWT
Salah satu amalan Nuzulul Quran berikutnya adalah meningkatkan shalat malam dan berdoa. Terdapat banyak keutamaan yang dapat diperoleh dengan melaksanakan shalat malam. Karena, shalat malam merupakan salah satu shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu). Shalat malam memiliki keutamaan yang sama dengan sedekah yang diberikan secara rahasia.