Mencermati 6 Ketentuan yang Dimuat dalam Dalil tentang Khutbah

Annisa Fianni Sisma
29 Maret 2023, 10:52
dalil tentang khutbah
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.
Ilustrasi, Umat Islam mendengarkan khutbah shalat Jumat di Masjid Pusdai, Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/6/2020).

Khutbah adalah agenda yang wajib ada dalam pelaksanaan sholat Jumat. Namun tidak boleh melaksanakan khutbah sembarangan. Oleh sebab itu, berikut dalil tentang khutbah lengkap.

Ketentuan terkait khutbah ada pada dalil tentang khutbah yang wajib dipahami. Ketentuan tersebut meliputi rukun yang harus dipenuhi, jumlah khutbah yang harus dilaksanakan, dan lain sebagainya.

Setiap umat muslim wajib memahami ketentuan yang tercantum dalam dalil tentang khutbah. Berkaitan dengan hal tersebut, simak ulasannya sebagai berikut.

Dalil tentang Khutbah

Dalil Tentang Khutbah
Dalil Tentang Khutbah (Pexels)
 

Dalil tentang khutbah perlu dipahami sebagai syarat sah pelaksanaan sholat Jumat. Ritual khutbah dilaksanakan sebelum melangsungkan sholat jumat. Berikut ini beberapa ketentuan yang memuat dalil tersebut.

1. Dilaksanakan Menghadap Jamaah

Dalil tentang khutbah yang pertama yakni pelaksanaannya dianjurkan dihadapkan ke jamaah, bukan di samping maupun membelakangi. Para jamaah juga disunnahkan menghadapkan wajahnya ke khatib. Berikut hadist yang menjelaskan ketentuan tersebut.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ عَلَى الْمِنْبَرِ اسْتَقْبَلَهُ أَصْحَابُهُ بِوُجُوهِهِم

Artinya, “Nabi SAW saat berdiri di atas mimbar, para sahabatnya menghadapkan wajahnya kepada beliau.” (HR. Ibnu Majah)

2. Dibacakan dengan Lantang

Khutbah hendaknya dibacakan oleh khatib dengan suara yang lantang dan keras. Anjuran ini agar membangkitkan antusiasme jamaah. Berikut dalil tentang khutbah yang memuat ketentuan tersebut:

كَانَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم - إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْش

Artinya, “Rasulullah Saw saat beliau berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya lantang dan tampak sangat marah seakan-akan beliau memperingatkan tentara perang.” (HR. Muslim).

Perintah penyampaian dengan lantang ini agar didengar dengan jelas. Selain dalil di atas, terdapat pula dalil tentang khutbah yang menyampaikan hal ini yakni sebagai berikut:

ومن شروط الخطبتين أن يسمعهما أربعون ممن تنعقد بهم الجمعة واختلف ابن حجر والرملي حول الإسماع هل يلزم بالفعل أو بالقوة؟ ابن حجر يقول لا بد من الإسماع بالفعل معناه لو كان هناك ضجة أو طبول تضرب أو صياح وجب على الخطيب أن يرفع صوته حتى يسمعوا بالفعل. أما الرملي فيقول السماع بالقوة فقط يرفع الخطيب صوته بحيث لو زال المشوش لسمعوا. ولو نام واحد منهم أو كان أصم ولم يزل العدد عن أربعين بطلت الجمعة.

Artinya, “Di antara syarat dua khutbah adalah didengar oleh 40 orang yang mengesahkan Jumat. Imam Ibnu Hajar dan Imam al-Ramli berbeda pendapat mengenai standar memperdengarkan khutbah, apakah wajib diperdengarkan secara nyata atau cukup dengan hukum saja?. Imam Ibnu Hajar berkata harus diperdengarkan secara nyata. Maksudnya, bila ada kegaduhan, gendang yang ditabuh atau jeritan, wajib bagi khatib mengeraskan suaranya sampai mereka mendengar secara nyata. Sedangkan imam al-Ramli berkata cukup memperdengarkan secara hukum saja, khatib cukup mengeraskan suaranya, sekira apabila hilang perkara yang mengganggu, jamaah dapat mendengarnya. Apabila di antara jamaah ada yang tidur atau tuli, dan jamaah jumat tidak mencapai 40 orang, maka jumat batal". (Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, hal 242).

Dalil Tentang Khutbah
Dalil Tentang Khutbah (Pexels)
 

3. Durasi Khutbah Wajar, Tidak Terlalu Panjang dan Tidak Pula Terlalu Pendek

Khutbah juga sebaiknya dilakukan dalam waktu yang wajar. Laksanakan khutbah dengan tidak terlalu panjang maupun terlalu pendek. Dalil tentang khutbah yang menegaskan hal ini yakni sebagai berikut:

كَانَتْ صَلَاةُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا

Artinya, “Bahwa durasi shalat dan khutbahnya Nabi sesuai dengan standar umum.” (HR. Muslim)

Selain itu, ada pula pernyataan yang disampaikan Al-Imam al-Mawardi yang dikutip Syekh Ahmad bin Hamzah al-Ramli yakni sebagai berikut:

وَحَسُنَ قَوْلُ الْمَاوَرْدِيِّ وَيَقْصِدُ إيرَادَ الْمَعْنَى الصَّحِيحِ وَاخْتِيَارَ اللَّفْظِ الْفَصِيحِ وَلَا يُطِيلُ إطَالَةً تُمِلُّ وَلَا يُقَصِّرُ تَقْصِيرًا يُخِلُّ

Artinya, “Dan bagus statemen al-Mawardi, hendaknya khatib menyengaja makna yang benar dan memilih redaksi yang fasih, hendaknya ia tidak memanjangkan khutbah yang dapat membosankan dan tidak memendekan khutbah yang dapat merusak pesan khutbah.” (Syekh Ahmad bin Hamzah al-Ramli, Hasyiyah ‘ala Asna al-Mathalib, juz 3, hal.484).

4. Tangan Kiri Khatib Memegang Benda

Selama khutbah berlangsung, khatib dianjurkan berpegangan pada sesuatu. Hal ini berdasarkan dalil tentang khutbah yakni sebagai berikut:

أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي خُطْبَةِ الْجُمُعَةِ مُتَوَكِّئًا عَلَى قَوْسٍ أَوْ عَصًا

Artinya, “Bahwa Nabi berdiri dalam khutbah Jumat seraya berpegangan atas busur tanah atau tongkat.” (HR. Abu Daud).

Dalil Tentang Khutbah
Dalil Tentang Khutbah (Pexels)
 

5. Isi Khutbah Mudah Dipahami Jamaah

Khutbah juga hendaknya memuat materi yang ringan, mudah dipahami oleh jamaah. Hal ini karena tersampaikannya manfaat lebih utama. Contoh materi dapat diambil dari kehidupan sehari-hari. Berikut ini dalil tentang khutbah yang memuat ketentuan tersebut:

حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Artinya, “Bicaralah kepada manusia dengan perkara yang mereka ketahui. Apakah kalian suka Allah dan rasulNya didustakan?.” (HR. al-Bukhari).

6. Pengkhutbah Haruslah Laki-Laki

Dalil tentang khutbah yang berikutnya yakni menentukan sosok pemberi khutbah atau khatib. Khatib haruslah seorang laki-laki. Hal ini selaras dengan pernyataan Syekh al-Qalyubi:

ويشترط كون الخطيب ذكرا أو كونه تصح إمامته للقوم كما قاله شيخنا الرملي واعتمده شيخنا الزيادي الى ان قال وشرط الذكورة جار في سائر الخطب كالإسماع والسماع وكون الخطبة عربية

Artinya, “Disyaratkan khathib seorang laki-laki atau orang yang sah menjadi imam bagi jamaah sebagaimana yang dikatakan Syekh al-Ramli dan dibuat pegangan oleh guru kami Syekh al-Zayadi. Syarat ini berlaku juga di selain khutbah Jumat sebagaimana syarat khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah serta syarat harus berbahasa Arab.” (Syekh al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi ‘ala al-Mahalli, juz 1, hal. 322).

Demikianlah ketentuan yang dimuat dalam berbagai dalil tentang khutbah.

Editor: Agung

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...