Memahami Hukum dan Besaran Zakat Fitrah sebelum Idul Fitri
Ibadah wajib yang dilaksanakan oleh umat muslim di bulan Ramadan hingga sebelum shalat Idul Fitri adalah zakat fitrah. Terdapat ketentuan mengenai besaran zakat fitrah yang perlu diperhatikan.
Zakat fitrah wajib bagi setiap muslimin dan muslimah yang baligh maupun belum, kaya maupun tidak. Selama seorang muslim bukan merupakan golongan wajib penerima zakat, dan masih hidup pada malam hari raya serta mampu memenuhi kebutuhan pokoknya, maka ia wajib membayar zakat.
Besaran zakat fitrah ditentukan oleh aturan dalam agama Islam. Berkenaan dengan hal itu menarik membahas hukum dan besaran zakat fitrah dalam ulasan berikut.
Hukum Wajibnya Zakat Fitrah
Sebelum mengetahui ketentuan terkait besaran zakat fitrah, perlu dipahami dasar hukum wajibnya zakat fitrah. Berikut ini hadis yang menunjukkan wajibnya zakat fitrah:
عن ابن عباس: فرض رسول الله صلّى الله عليه وسلم زكاة الفطر طُهْرةً للصائم من اللغو والرَّفَث، وطُعْمةً للمساكين، فمَنْ أدَّاها قبل الصلاة فهي زكاةٌ مقبولةٌ، ومَنْ أدَّاها بعد الصلاة فهي صدقةٌ من الصَّدَقات رواه أبو داود وابن ماجة وصححه الحاكم
Artinya: “Dari sahabat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitri sebagai penyucian bagi orang yang berpuasa dari ucapan sia-sia dan ucapan keji, dan sebagai sarana memberikan makanan bagi orang miskin. Siapa saja yang membayarnya sebelum shalat Id, maka ia adalah zakat yang diterima. Tetapi siapa saja yang membayarnya setelah shalat Id, maka ia terhidup sedekah sunnah biasa,” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Selain itu, hadis lain pun menentukan sebagai berikut:
بُنِيَ الإِسْلامُ على خَمْسٍ: شَهادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وأنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ، وَإقَامِ الصَّلاةِ، وَإيْتَاءِ الزَّكاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ (متفق عليه)
Artinya, “Islam dibangun di atas lima hal: kesaksian sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, melaksanakan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadan.” (HR Bukhari Muslim)
Selain itu, ada pula ketentuan dalam QS At Taubah ayat 103 dan QS Al Baqarah ayat 43 yakni sebagai berikut:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
Artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103)
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Artinya, “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama dengan orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43)
Adapun, sabda Rasulullah SAW yang menentukan kewajiban tersebut:
فَرَضَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ الفِطْرِ -مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ
Artinya, "Rasulullah telah mewajibkan mengeluarkan zakat fitrah (pada bulan Ramadan kepada setiap manusia)" (HR Bukhari – Muslim).
Besaran Zakat Fitrah
Allah SWT menentukan besaran zakat fitrah melalui firman dan hadis. Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau gandum. Berikut ini hadis yang memuat ketentuan tersebut:
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ تَمَرٍ، أوْصَاعاً مِنْ شَعِيْرٍ، عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى، وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأمَرَ بِهَا أنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ الناَّسِ إلى الصَّلَاةِ
Artinya, “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat Fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas orang muslim baik budak dan orang biasa, laki-laki dan wamita, anak-anak dan orang dewasa, beliau memberitahukan membayar zakat Fitrah sebelum berangkat (ke masjid) ‘Idul Fitri” (HR Bukhari dan Muslim)
Satu sha’ adalah 2176 gram atau 2,2 Kg beras atau makanan pokok. Dalam prakteknya, besaran tersebut dibuatkan menjadi 2,5Kg.
Alasan besaran tersebut adalah ukuran itu merupakan ukuran sha’ pendudukan Madinah. Masyarakat Madinah memperoleh ukuran itu dari leluhurnya yang berinterksi secara langsung dengan Rasulullah SAW, sehingga kesaksiannya dipercaya.
Imam As Syaukani dalam Kitab Nailul Autar menjelaskan:
عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ سُلَيْمَانَ الرَّازِيْ أَنَّهُ قَالَ: قُلْتُ لِمَالِكِ بْنِ أَنَسَ: أَبَا عَبْدَ اللهِ كَمْ قَدْرُ صَاعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ
Artinya, Dari Ishaq bin Sulaiman Al-Razi, ia berkata: Saya bertanya kepada imam Malik bin Anas: Hai bapak dari Abdullah, berapakah kadar sha’-nya Nabi shallallahu ala’ihi wasallam? Beliau menjawab: Lima sepertiga rithl Irak. (Lihat: Muhammad Abdul Fattah al-Banhawi, Zakat al-Fithri wa Atsaruha al-Ijtimaiyyah, halaman: 34-35)
Namun ada pendapat lain menurut Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa satu sha’ adalah delapan rithl Irak. Delapan rithl Irak adalah 3,8Kg.
Alasannya yakni Umar RA mengonversi satu sha’ adalah delapan rithl. Alasan lainya adalah ada pedoman pada hadis riwayat Jabir:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ رِطْلَيْنِ وَيَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ ثَمَانِيَةَ أَرْطَالٍ
Artinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berwudhu dengan satu mud (air), yaitu dua rithl, dan mandi dengan satu sha’, yaitu delapan rithl. (HR Ibnu Addy dalam kitab Al-Kamil juz 5 halaman: 1673)
Ukuran Sha’ adalah ukuran takaran, bukanlah timbangan. Oleh sebab itu ukuran ini sedikit sulit dikonversi dalam ukuran berat karena satu sha’ berbeda-beda berdasarkan jenis benda yang ditakar.
Contohnya yakni satu sha’ tepung tidak sama dengan satu sha’ beras. Oleh sebab itu, para ulama menyarankan agar mengeluarkan zakat fitrah mulai dari 2,5 Kg hingga 3 Kg.
Selain itu, ada pendapat terkait besaran zakat fitrah tersebut diganti dengan uang dengan harga beras. Hal ini diperbolehkan menurut Mazhab Hanafi jika dianggap lebih bermanfaat.
Perlu diperhatikan jika ada kelebihan harga dalam uang tersebut, maka kelebihan itu dianggap sebagai untuk biaya transportasi panitia tanpa mengganggu harta zakat fitrah. Dalam hal ini, diharapkan masing-masing masyarakat saling memudahkan.