Hari Diabetes Nasional 2023, Kenali Faktor Pendorong dan Pencegahannya

Muhammad Taufik
Oleh Muhammad Taufik - Tim Publikasi Katadata
17 April 2023, 23:30
Hari Diabetes Nasional diperingati tiap 18 April. Hingga 2021, Indonesia menjadi 1 dari 10 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/rwa.
Warga berkonsultasi dengan tenaga medis di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022). Diabetes melitus bisa dicegah dengan rutin memeriksakan gula darah.

Indonesia memperingati Hari Diabetes Nasional setiap tanggal 18 April. Berbagai pihak berupaya mengatasi isu ini mengingat sampai dengan 2021 Indonesia masuk ke dalam 10 negara dengan penderita diabetes terbanyak.

Merujuk data International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes usia 20-79 tahun di Tanah Air pada 2021 sebanyak 19,5 juta orang. Angkanya diproyeksikan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada 2045.

Berkaca dari kondisi tersebut, kita perlu mengetahui faktor apa saja yang menjadi pemicu risikonya karena penyakit ini masih bisa dicegah. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, faktor risiko terbagi menjadi dua yakni dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras, etnik, umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga dengan diabetes. Adapun faktor yang dapat dimodifikasi adalah berat badan lebih, obesitas abdominal, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, diet tidak sehat, kondisi prediabetes, dan kebiasaan merokok.

Lebih jauh, mari kenali berbagai penyebab yang bisa memicu risiko terkena diabetes.

1. Kondisi autoimun
Menurut Kementerian Kesehatan penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.

Penyakit ini kemudian mulai berkembang saat sistem kekebalan tubuh kesulitan menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan justru menganggapnya sebagai zat asing.

Pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam pankreas yang menghasilkan insulin. Insulin sendiri berfungsi mengikat gula dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk diubah menjadi energi.

Gula tidak akan bisa masuk ke dalam sel jika sel tidak dapat memproduksi insulin. Hal ini membuat gula menumpuk dan menyebabkan gula darah tinggi.

2. Gaya hidup sedenter
Kementerian Kesehatan mendefinisikan gaya hidup sedenter sebagai gaya hidup yang dilakukan di luar waktu tidur dengan keluaran kalori yang sedikit. Aktivitas minim gerak ini mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu.

Dikutip dari Medical News Today, sejumlah contoh gaya hidup sedenter seperti aktivitas duduk, berbaring, dan rebahan. Sejumlah aktivitas tersebut tidak mengeluarkan banyak energi, sehingga termasuk ke dalam gaya hidup sedenter.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka populasi Indonesia yang menerapkan gaya hidup sedenter terus meningkat. Dari yang semula 26,1 persen pada 2013 menjadi 33,5 persen di 2018.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Imran Agus Nurali mengatakan bahwa satu dari tiga orang Indonesia menerapkan gaya hidup sedenter. Oleh karena itu, pengendalian faktor risiko ini membutuhkan kampanye edukasi masyarakat yang efektif dan efisien.

Ia mengimbau agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yang meliputi pemeriksaan kesehatan secara rutin, berhenti merokok, dan rajin melakukan aktivitas fisik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement