Memahami Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum
Setelah persalinan, banyak ibu yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Gangguan tersebut dapat berupa baby blues atau depresi postpartum.
Kondisi baby blues dan depresi postpartum merupakan kedua kondisi yang berbeda. Umumnya, gangguan ini muncul dan memburuk setelah 3 hingga 4 hari usai melahirkan.
Berkaitan dengan kondisi tersebut, menarik mengetahui beda baby blues dan depresi postpartum. Alasannya, masih banyak pihak yang menilai kedua kondisi itu adalah kondisi yang sama.
Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum
Kondisi baby blues dan depresi postpartum kerap dikira sama karena gejalanya yang serupa. Namun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut ini pengertian, gejala, dan penjelasan lain untuk mengenali beda baby blues dan depresi postpartum.
1. Gejala Baby Blues dan Depresi Postpartum
Baby blues adalah kondisi yang biasanya terjadi pada ibu setelah melahirkan, ditandai dengan perubahan emosi yang cukup signifikan. Ibu akan mengalami naik turunnya emosi, merasa sedih, mudah lupa, sensitif, dan stres setelah bayi lahir.
Para ibu juga sering menangis dan cemas karena khawatir tidak bisa merawat bayi dengan baik. Gejala baby blues mirip dengan postpartum depression, tetapi lebih ringan dan singkat. Ibu dengan baby blues masih mampu menjalani kegiatan sehari-hari dan merawat anaknya.
Sementara itu, postpartum depression memiliki gejala yang lebih serius. Ibu dengan kondisi ini bisa kehilangan nafsu makan atau bahkan makan berlebihan.
Ibu juga mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan. Selain itu, ibu dengan postpartum depression merasa lelah dan tidak berenergi meskipun sudah cukup istirahat.
Bahkan para ibu juga merasa malu, bersalah, dan kehilangan kepercayaan diri. Ibu dengan postpartum depression sulit merasakan kebahagiaan atas kelahiran bayinya, sering merasa murung, bahkan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Beberapa ibu juga bisa memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
2. Durasi Gejala Baby Blues dan Depresi Postpartum yang Muncul
Selain gejalanya, baby blues dan depresi pasca melahirkan juga dapat dibedakan dari lamanya masa gejala berlangsung. Baby blues biasanya hanya terjadi selama beberapa hari dengan puncaknya paling lama 2 minggu.
Di sisi lain, gejala depresi pasca melahirkan dapat dirasakan selama minimal 1 bulan dan bisa berlanjut hingga 1 tahun setelah melahirkan. Oleh karena itu, depresi postpartum dikenal lebih lama dan lebih berdampak.
3. Kemunculan Gejala Baby Blues dan Depresi Postpartum
Gejala baby blues biasanya timbul sekitar 2 hingga 3 hari setelah melahirkan. Namun, postpartum depression umumnya muncul pada bulan kedua atau ketiga setelah melahirkan.
Kondisi disebabkan oleh kesulitan yang dialami selama periode kehamilan. Beberapa faktor lain, seperti masalah pernikahan atau kondisi ekonomi, juga dapat meningkatkan tingkat stres ibu, sehingga meningkatkan risiko mengalami postpartum depression bahkan sejak saat hamil.
4. Penyebab Baby Blues dan Depresi Postpartum
Baby blues umumnya timbul akibat perubahan fisiologis yang dirasakan oleh seorang ibu setelah melahirkan, dan keparahannya dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Sementara itu, depresi pasca melahirkan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor psikososial seperti tingkat stres yang berlebihan yang dirasakan oleh ibu.
Stres ini dikombinasikan dengan perubahan hormon, situasi kehidupan yang sulit, dan berbagai masalah lainnya. Oleh sebab itu, ibu sebaiknya dihindarkan dari hal yang membuatnya stress.
5. Tingkat Keparahan Baby Blues dan Depresi Postpartum
Baby blues adalah gangguan yang lebih ringan dibandingkan dengan depresi postpartum. Kondisi disebabkan karena baby blues tidak akan mengganggu kemampuan seorang ibu dalam merawat anaknya.
Meskipun selama seorang ibu hamil dan kemudian melahirkan mungkin merasa sedih dan tak berdaya selama beberapa hari, ibu dengan baby blues masih mampu menjaga bayinya. Namun, hal berbeda dengan ibu yang mengalami depresi postpartum karena lebih serius sehingga perlu lebih diperhatikan dan segera ditangani.
Para ibu umumnya mengalami gejala depresi klinis yang membuat mereka merasa rendah diri, tidak mampu menjadi ibu yang baik, dan bahkan ada yang menghindari bayinya. Oleh karena itu, ibu dengan depresi postpartum bisa kehilangan kemampuannya dalam merawat anaknya.
Rasa lelah yang terus-menerus yang dirasakan juga membuat ibu dengan depresi postpartum lebih sering memilih untuk tidur dan mengabaikan anaknya. Dampaknya, sang anak pun menjadi tidak terurus.
6. Cara Mencegah Baby Blues dan Depresi Postpartum
Untuk mencegah baby blues, ibu dapat melakukan tes kesehatan mental sebelum dan setelah melahirkan. Ada berbagai jenis tes yang dapat dilakukan, salah satunya adalah Edinburgh Postnatal Depression Scale.
Jika hasil tes sebelum melahirkan menunjukkan adanya risiko baby blues, dokter dapat memberikan rekomendasi untuk mencegah munculnya kondisi tersebut. Jika memiliki riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, seperti kecemasan atau depresi, sebaiknya segera menginformasikannya kepada dokter selama pemeriksaan kehamilan rutin.
Dokter akan mengamati gejala dan tanda-tanda depresi selama kehamilan. Beberapa ibu mungkin memiliki kecenderungan mengalami depresi ringan selama kehamilan. Setelah bayi lahir, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan rutin untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda depresi atau baby blues syndrome.